Sunday, August 30, 2015

Persahabatan Kita Tulus Bukan Modus

Sepanjang usia kita sepanjang itulah persahabatan kita. Meski kita tak pernah berkenalan satu sama lain, tak pernah bertanya siapa namamu atau dari mana asalmu. Yang ada hanyalah orang lain bertanya kepada kita ‘itu siapa?’ kau menjawab namaku dan aku menjawab namamu. Kita bersahabat karena orang tua kita bersahabat, kita berteman karena rumah kita berteman, kita tertawa bersama karena sekolah kita sama.

Persahabatan kita tumbuh begitu saja seperti kaktus yang tanpa disiram pun tetap akan tumbuh. Persahabatan kita tak memandang harta, tak memandang rupa, tak ada cinta diantara kita, tak ada benci diantara kita yang ada hanya rasa sayang semata.

Bersama kita uraikan kisah kisah hidup kita, bercengkerama bersama menertawakan kebodohan masa kecil yang mengagumkan. Teringat oleh ku saat aku dan kamu bersepeda diatas tanah yang becek karena musim hujan yang pada saat itu jalan belum disemen. Berboncengan berdua, dengan gaya pembalap sepeda profesional, kau genjot pedal sepeda dengan kuat berlagak sok jagoan hingga akhirnya tersuruk-suruk sampai nyungsep didalam parit anak bersama sepedanya sekalian.

Teringat olehku ketika bermain kasti berkompromi mengerjai salah satu diantara kita. Oh indahnya masa kecil. Kita pernah tidur dibawah atap yang sama, menonton film horor bersama, pergi sekolah bersama, jalan kaki bersama, naik motor bersama, bangun pagi kesiangan bersama bahkan memakan nasi goreng buatan teman kita yang tidak enak bersama.

Kita adalah aku (nopik_ begitu kalian memanggilku), wiwin tetangga perempuanku satu-satunya, tanto tetanggaku paling ganteng sekebun belakang, kolip, dan waton. Bersama kita lewati masa kecil yang indah.

waktu bergerak cepat seperti biasanya dan memang selalu begitu, tak pernah terlalu lambat ataupun terlalu cepat, hanya saja kita berpikir lain. Semakin bertambah usia kita semakin jauh kita berada. Demi pendidikan dan cita-cita kita berpisah karena jalan kita berbeda. Dan perpisahanpun terjadi. Tak ada tangis diantara kita tak ada pula gurat bahagia diantara kita. Semua berjalan apa adanya.

Meski jarang bertemu, jarang sms-an, jarang teleponan tetapi sekali bertemu hebohnya tak karu-karuan. Itulah kita, kenapa? karena kita berpisah tak terlalu jauh. Hanya wiwin yang pergi sangat jauh. Merantau ke pulau jawa demi cita-cita yang mulia. Lebih dari tiga tahun kita berpisah dan akhirnya dipertemukan kembali diramadhan yang suci dan indah.

Kita berlima tumbuh besar bersama, tapi mereka tumbuh keatas dan aku kesamping. (korban iklan-*abaikan). Setelah wiwin pulang dari pulau jawa untuk berlibur setelah UN dan berlebaran dikampung halaman, ia mengajak kita untuk bubar (buka bareng). “dimana cuy?” tanyaku
“cafe tempat biasa lah”, jawabnya.

Yang dimaksud cafe tempat biasa adalah tempat kita nongkrong terakhir kita berpisah, yaitu tempat tukang bakso di depan sebuah SMP Negeri di Pulau Kijang.

Sore itu kami ngumpul dahulu didepan rumah kolip untuk saling tunggu menunggu. Jangan khawatirkan masalah uang, nanti kita kongsian kata wiwin. Akhirnya kita berenam pada jam lima sore beramai-ramai menuju tempat yang ingin dituju. Lho kok berenam? Iya dina teman kami yang masih kecil juga ikut dia dua tahun dibawah kita. Hahaha masih kecil? Sorry Din.

Karena masih terlalu awal untuk berbuka puasa pada jam segitu kami memutuskan untuk melewatkan sore yang indah itu dengan duduk-duduk menikmati sunset yang belum tenggelam di dam. Tak lupa kita cekikikan ketawa ketiwi sambil ber selfie ria. Sayangnya Kolip tak suka berfoto, jadi ya udah deh.

5 menit sebelum adzan maghrib kita otw menuju Tkp, tapi sungguh malang nasib kami. Cafe tempat biasa sudah penuh orang dan tidak mungkin kami berbuka disitu. Akhirnya kita memilih berbuka dengan mie ayam dekat oom langganan aku beli pop ice waktu SMA tepatnya dekat lapangan futsal kalau nggak salah betul. Ditemani dengan tempe makanan khas pulau kijang yang digoreng dengan tepung yang dikasih air atau kita kenal dengan tempe mendo, serta sebuah semangka yang segernya kelewatan membuat kesenangan kita semakin menjadi-jadi. O ya tak lupa selfie dulu broo!!!

Setelah shalat maghrib di masjid kita pergi ke tepi sungai gangsal yang mempesona. Uang sisa bubar tadi kia belikan bermacam-macam makanan ringan diminimarket dan mercon serta kembang api murahan dipinggir jalan. Selfie dulu bro!!! Oops kameranya hanya kamera biasa, dengan cahaya penerangan yang amat kurang tidak mungkin kita bisa berfoto ria. Ya udah yang penting bisa senang-senang bersama.

Terlalu indah untuk dilupakan, terlalu sulit untuk dilukiskan, tahun lalu aku sudah tamat SMA duluan meskipun umur kita samaan. (sorry ya). Tahun ini kalian juga sudah menamatkan. Semoga sukses selalu kawan yang selalu aku rindukan. canda tawa dan sebuah pesan kecil yang hanya menanyakan ‘apakah dp ku sudah berubah’, itu sangat menyenangkan teman.

Wiwin yang kembali ke pulau Jawa, waton yang mau mondok ke Jawa, Kolip yang merantau ke Pekanbaru, Tanto yang akan pergi ke Batam atau ke Duri. Semoga sukses selalu kawan. O ya buat Dina belajar rajin-rajin bentar lagi kelas 3 SMA.
Saayang kalian.

Jangan lupa cafe tempat biasa ya...

C360_2015-07-06-18-30-37-619 C360_2015-07-06-18-30-50-528 C360_2015-07-06-18-41-50-714 C360_2015-07-06-18-42-10-494 C360_2015-07-06-17-56-21-961 C360_2015-07-06-17-57-32-296 C360_2015-07-06-17-58-16-375 C360_2015-07-06-17-59-01-630 C360_2015-07-06-18-23-46-018 C360_2015-07-06-18-24-01-546
Previous Post
Next Post

0 komentar: