Sunday, August 30, 2015

TRIP IN TEMBILAHAN CITY

DSCN0991
22 juli 2015, bertepatan dengan hari ke 5 lebaran syawal 1436 H, aku (nafi), winda, rani dan Alfin (kakak saya) pergi ke Tembilahan yang merupakan ibu kota kabupaten indragiri hilir. Perjalanan untuk sampai kesana adalah perjalanan panjang yang memakan waktu lebih dari 4 jam.

Kami start dari rumah pukul 07.00 wib, melewati jalan berdebu sepanjang 1 km jauhnya, sebenarnya nggak terlalu jauh sih... kemudian melewati jalanan aspal yang telah rusak dimakan waktu dan terabaikan, jalan tidak lagi berdebu namun bergelombang. Menaiki motor supra x 125 D dan Mio kami berselancar melewati jalan tersebut. Jalan yang buruk dan pemerintah yang lupa membuat masyarakat yang tinggal disepanjang jalan berinisiatif untuk memperbaiki jalan dengan bahan seadanya, yaitu batang kelapa. Terlalu mahal untuk semenisasi jalan batangisasi pun tak apalah, asal jalan masih bisa dilewati.

Jalan penunjang yang merupakan jalan penghubung antara kotabaru dengan pulau kijang sebenarnya tidaklah terlalu jauh dan bisa ditempuh dalam waktu 1 jam, tetapi kondisi jalan yang rusak parah membuat waktu tempuhpun semakin lama. Masyarakat sangat kreatif untuk mengatasi jalanan rusak, tidak hanya batangisasi dengan batang pohon kelapa, mereka juga mem batangisasi dengan pohon pinang, tidak hanya pohon pinang kulit pinang pun semakin menambah empuk perjalanan kami.

Begitu banyak seni kami jumpai disepanjang jalan menuju kota baru, jalan rusak, jembatan yang oprit nya rusak, bahkan jembatan dengan berbagai bentuk pun kami jumpai, jembatan yang bergelombang seperti dua gunung, jembatan yang tengah-tengahnya agak lancip, jembatan trapesium, jembatan busur, jembatan panjang, jembatan pendek, dan berbagai bentuk jembatan lainnya.

Beberapa kilometer sebelum kotabaru jalanan mulai sedikit membaik tanah berdebu kembali terpampang didepan kami, kami pun berlagak menjadi super keren, dengan helm kece dengan gambar angry bird, dipadu dengan kaca mata hitam dan masker yang mulai berdebu, kami seolah-olah berubah menjadi power ranger dengan motor super, gas pol kami melewati jalan tersebut. Oops ada lubang.. jedug... awass!!! Awwww.

Akhirnya kami sampai di jembatan panjang diatas sungai gergaji yang menghubungkan kotabaru dengan proyek. Tak lupa kami berfoto sejenak dan membeli empat gelas es tebu sebagai pelepas lelah.

Tidak sampai disitu kawan, perjalanan masih sangat jauh tapi keadaan jalan mulai membaik. Dimulai dari jalan berdebu disusul dengan jalan dengan kerikil-kerikil yang cukup besar, lalu disambut dengan jalan dengan kerikil yang lumayan hingga sampailah kami di jalan ber aspal goreng. Sungguh senang hati menikmati jalan yang nyaman dilewati. Meskipun banyak perbaikan jalan dan oprit jembatan, tapi itu tidak terlalu merusak kenyamanan berkendara kami.

Akhirnya kamipun tiba di jembatan indragiri yang lebih dikenal dengan jembatan rumbai. Jembatan dengan arsitektur menawan membuat kami ingin beristirahat disitu, tetapi hari sangat panas dan membuat kami hanya melewati jembatan itu dengan sedikit pelan. Dan melupakan segarnya es tebu yang memanggil-manggil.

Arrived... 11.11 wib

Tujuan kami pergi ke Tembilahan pada dasarnya adalah untuk menemani kakak saya, Alfin untuk mencari kost-kost an, karena dia awal semester ganjil ini akan pindah mengajar di Tembilahan, jadi sambil menyelam minum kopi, kami pun tak menyia-nyiakan kesempatan jalan-jalan di negeri seribu parit ini.

Setelah sampai di Tembilahan kami pun langsung mencari hotel untuk menginap. Hotel Arrahman menjadi sasaran kami. Setelah mendapatkan kamar kami pun beristirahat sejenak untuk melepas lelah kira-kira dua jam kami tertidur pulas. Ups si Rani asik nonton tv. Dikamar tersebut hanya ada satu colokan jadi kami harus memilih antara menonton dengan mengecas hp. Mengecas hp pun harus bergantian. Wadduhh, padahal pengen bingits nonton tv (mulai alay, *abaikan).

Karena dompet kami nggak gendut-gendut amat, untuk jatah makan kami membaginya per waktu makan. Untuk makan siang kakak saya yang tanggung, makan malam winda yang tanggung, untuk sarapan besok saya yang tanggung, dan si Rani menanggung makan siang besoknya pas pulang. Mari kita lihat apakah ini adil atau tidak? Siapakah yang akan merugi?

sore itu kami memutuskan untuk langsung mencari kost. Dan syukurlah agak lama tapi tidak terlalu lama. Setelah dapat kami bersilaturrahmi ke tempat guru-guru kakak saya yang dulunya siswi di MAN Tembilahan ini yang sekarang akan jadi rekan kerjanya. Yaah mumpung masih suasana lebaran... “lebarah udah habis kalau kuenya udah habis”, itu kata temen kakak saya.
tau gak silaturrahmi satu rumah tu lamaaaaaa bangget *oops ini off the record yach* hampir lebih dari satu jam.

Setelah selesai bersilaturrahmi akhirnya kami memutuskan untuk shalat asar terlebih dahulu di masjid al-huda. Setelah itu kita kelilling kota dan akhirnya kami menuju jembatan panjang yang terkenal di Tembilahan. Yaps, jembatan Getek namanya, kami langsung capcuss kesana. Sore yang indah ditemani angin sepoi-sepoi dan dinginnya air tebu membuat kami ingin berlama-lama di jembatan itu.
Satu hal yang selalu aku ingat, penjual es tebu selalu ada di jembatan-jembatan yang tergolong panjang, seperti di sungai gergaji, Rumbai, dan Getek pun tak mau kalah.

Tidak hanya kami yang berada disana, suasana sore menyenangkan membuat banyak orang menghabiskan waktunya sorenya disana. Jembatan ini posisinya sangat strategis berada membentang diantara dua pulau. Jika pagi bisa melihat indahnya sunrise dan bila sore bisa melihat betapa mengagumkannya sunset yang kemilau.

Tidak hanya sampai disitu, kami melanjutkan perjalanan ke parit 21, yang kata kakak saya lebih indah dari jembatan getek. Disana ada pelabuhan yang cukup besar, hanya saja kita tidak bisa melihat sunset disana. Suasana nyaman, angin laut yang dingin menyapu badan membuat kami ber selfie ria disana. Berfoto dengan puluhan pose yang gitu-gitu aja.

Night in Tembilahan

Pulang ke hotel sebentar istirahat sholat maghrib dan mandi. Meski badan ini memberontak untuk mandi tapi logika memaksanya meski dengan berat hati.

Makan malam kami cukup spesial winda yang traktir. Te sate... sate madura, owww yummy. Mereka bertiga lebih memilih sate ayam sedangkan aku lebih memilih sate kambing. 3 sate ayam satu kambing pak teriak winda.

Setelah kenyang dengan 11 tusuk sate kambing kami berkeliling kota, dari taman kota, kantor DPRD, jalan veteran, jalan SB dan jalan-jalan lain pun tak luput dari jangkauan kami. Hingga pada akhirnya...

Pusat Kuliner Kelapa Gading

Dari namanya saja kami sudah menyimpulkan bahwa tempat tersebut adalah syurganya makanan di Tembilahan. Tempat itu cukup luas dengan sebuah kolam besar di tengah-tengahnya yang bila dilihat orang bisa menilai bahwa kolam itu digunakan untuk bermain bebek-bebek kayuh bagi sepasang sejoli seperti yang ditivi tivi. Tapi semua yang kami pikirkan tentang tempat itu berubah ketika kami masuk dan memarkirkan motor. Tempat itu tidak seperti pusat kuliner, dengan penerangan yang agak remang-remang. Tidak seramai seperti pusat kuliner biasanya. Kami pikir itu hanya efek lebaran saja.
Tapi Ketika kami melangkahkan kaki kedalam semua mata menghujam kearah kami bagaikan belati yang mencabik-cabik hatiku *abaikan.

Semakin kami masuk kedalam semakin tajam tatapan mereka, hingga seorang pria paruh baya yang duduk di salah satu kursi ditepi kolam mengucapkan salam. kami berpikir ia mengucapkan salam karena kami semua berjilbab dan salah satu teman saya memakai rok. Bukanlah suatu hal yang lazim apabila seseorang yang tidak kami kenal mengucapkan salam layaknya remaja yang menggoda gadis berjilbab yang sedang lewat. Dengan tatapan yang penuh rasa heran kami tidak menggubrisnya dan hanya menjawab salam lewat hati.

Kami berkeliling sebentar dan setelah kami perhatikan baik-baik disana banyak gadis-gadis muda yang berdandan tidak sesuai usianya, dengan pipi merah merona dan eyeliner yang tebal, shadow yang berwarna-warni dan terkesan menor menatap aneh kearah kami, cepat-cepat kami angkat kaki dari tempat tersebut dan menyimpulkan bahwa ini adalah tempat ABG salah gaul.

Kami sangat menyesal masuk ketempat itu, dan segera membayar parkir lalu go out dari tempat angker itu. Yaah, karena tidak tahu mau kemana lagi akhirnya kami kembali ke taman kota, duduk-duduk, foto-foto, keliling dan ditutup dengan membeli sosis bakar.
Belakangan aku ketahui dari temanku, ternyata itu memang tempat ********** legal.

Lost in Tembilahan

Setelah membeli sosis bakar kita pulang. Aku tidak tahu apa-apa tentang kota ini, kakak ku main pergi duluan aja setelah membayarkan parkir kita. Ketika kami, aku dan rani keluar dari tempat parkir, tak kudapati sedikitpun jejak kakakku dan winda. Yaah, kami ditinggal.

Sesuai pepatah ‘malu bertanya seat dijalan’, bermodalkan rasa PD yang dibuat-buat kami akhirnya menanyakan kepada penjual sosis bakar. Dan lelek itu pun mengatakan bahwa motor terakhir yang baru keluar belok kiri. Kami pun belok kiri hingga sampai disebuah pertigaan.

Dengan percaya dirinya, si Rani mengatakan bahwa kita harus belok kanan. Sampai di belokan selanjutnya ia mengatakan belok kanan, sampai di belokan lagi ia mengatakan belok kanan. Hingga akhirnya aku sadar Rani sama tak tahunya dengan diriku tentang kota ini. Dengan tampang rasa tak bersalahnya ia mengatakan bahwa kanan itu selalu benar. Hadeeeh, dasar adek salah gaul.

Dengan amat sangat terpaksa kami bertanya lagi kepada tukang becak dengan dasar pemikiran bahwa tukang becak pasti tahu berbagai tempat di kota ini. Tukang becak itu mengatakan untuk mencapai hotel arrahman kami harus lurus sampai pertigaan belok kanan, nanti ada lampu merah lurus saja.

Bukannya lurus kami malah belok kanan dan tetap berjalan lurus setelah melewati lampu merah. Hingga pada akhirnya menyala lampu dikepalaku ketika kulihat tulisan CFC maju kedepan lagi kulihat SAIMEN, aku langsung teringat akan jalan ini dan cepat-cepat balik kanan lurus sampai lampu merah lalu belok kiri, dengan insting ku yang super genius ini, akhirnya kutemukan hotel Ar rahman. (sore aku lewat tempat itu, kakakku bilang mau mampir di swalayan dan menyuruhku pulang duluan dia bilang lurus lampu merah belok kiri).

Aduuh, panjang kali kalau mau diterusin ceritanya. Besok paginya kami pergi kepasar untuk belanja oleh-oleh pulang kampung. Aku dan rani sempat membuat pedagang memasang tampang masam, karena sudah menawar semiring-miringnya, dan ujung-ujungnya kami tidak beli, karena bajunya ternyata kekecilan. Salah trik belanja ni, aturan lihat dulu ukuran baru menawar.

Rani membelikan oleh-oleh untuk ibunya baju daster, yang sayangnya itu ketinggalan entah dimana dan baru kami sadari setelah sampai dirumah. Mungkin ini karma buat kita karena telah membuat muka penjual tadi masam.

Akhirnya kami pulang ke habitat alami kami, dan mendatangi pulau kijang sebagai teman lama. Meski banyak rintangan seperti terpisah dari kakak di jalan karena motor bocor hingga kami harus menunggu berjam-jam di jembatan sungai gergaji sambil minum es tebu. Di omelin karena main tinggal aja ketika motor kakak bocor. Duh kasihan kakak...

Diperjalanan ini kayaknya yang paling beruntung adalah aku. Ketika di kalkulasi pengeluaran makan. Alfin: 79.000 Winda: 55.000 , Rani: 78.000 sedangkan gua... HAHAHAHA *ketawa capslock* Cuma 24.000. disitu kadang saya merasa senang.

Nice trip. Terlalu panjang untuk diceritain secara more detail. Jadi segini aja dulu ya...

DSCN1026 @ parit 21

DSCN0985 narsis

DSCN1082 di jembatan rumbai

IMG_20150723_152902 jembatan sungai gerjaji

DSCN0976 getek
IMG_20150723_131509 DSCN1092 DSCN1043
Previous Post
Next Post

0 komentar: