Sunday, March 17, 2019

Terjun dari Ketinggian 11 Meter di Jembatan Siak III


Waw, bagaimana rasanya terjun dari ketinggian 11 meter? Aku tak sanggup jika harus mencobanya. Jangankan terjun dari tempat setinggi itu, terjun dari tepi kolam aja rasanya bergidik ngeri. Apa lagi dari atas jembatan, kalau aku yang di sana, sudah pasti orang mengira akan bunuh diri.

Waktu itu di kala senja aku tengah duduk-duduk menikmati sore di bawah Jembatan Siak III di daerah Senapelan, Pekanbaru. Bukan suatu kebetulan, karena memang aku mencari anak-anak yang katanya sering terjun di sana.

Ketika melewati jembatan tak satu pun orang berhenti di jembatan, jadi aku memutuskan untuk turun. Jangan berpikir aku memanjat turun dari jembatan ya, karena aku memarkirkan motorku dengan cantik di bawah jembatan.

Memang disediakan tempat parkir di sana, taman tempat orang menghabiskan sore, di samping Rumah Bersejarah Tuan Kadi yang berwarna kuning. Saat itu yang kulihat hanyalah bocah-bocah di dermaga sedang melemparkan temannya ke sungai.

“1,2....3,” byurrrr, tertawa terbahak-bahak anak-anak itu melihat rekannya terlempar di sungai.

Tiba-tiba ada seorang ibu-ibu datang ke arah dermaga. Dengan satu kata, ia berhasil membuat seorang anak terperanjat dan langsung naik ke dermaga dengan wajah pucat ketakutan. Segera ia mengambil bajunya dan mengikuti ibunya dari belakang.

Sekitar setengah enam sore, dari atas jembatan kulihat sekumpulan anak-anak remaja sedang melihat-lihat ke arah sungai. Tiba-tiba salah seorang dari mereka berteriak dan terjun bebas ke sungai.


Tenggelam sebentar, kemudian kepalanya muncul ke permukaan, ia berteriak agar rekan-rekannya segera terjun. Beberapa saat kemudian anak-anak yang sedari tadi menonton dari atas, ikut terjun dengan berbagai macam gaya.

Jembatan Siak III ini sebenarnya memiliki nama asli Jembatan Sultann Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah, menghubungkan  Jalan Panglima Undan, Kecamatan Senapelan dengan Jalan Sembilang, Kecamatan Rumbai Pesisir. Memiliki panjang 520 meter dengan lebar 11 meter dan tinggi juga 11 meter.

Setelah terjun dari atas jembatan anak-anak tersebut berenang ke tepian, kemudian memanjat kerangka jembatan untuk terjun lagi. Aku menghadang seorang anak untuk kutanya-tanyai. Alhamdulillah dia mau. Sebelumnya ia merasa malu-malu.

Namanya Saputra, remaja kelas tiga SMK ini mengaku sudah sedari kelas dua SMP terjun dari Jembatan Siak III. Jika dihitung sudah  hampir lima tahun ia rajin terjun. Alias sejak tahun kira-kira 2015. Empat tahun setelah jembatan ini diresmikan pada tahun 2011 lalu.

Putra bercerita kalau awalnya ia diajak teman-temannya untuk ikutan, awal pertama kali terjun ia berkata kalau rasanya mendebarkan, takut tapi penasaran dan akhirnya ketagihan untuk diulang. Ketika ditanya apakah tidak takut mati. Ia hanya menjawab kalau mati itu sudah takdir. “Itu kan sudah kehendaknya kak,” kata Putra.

Sekitar selusin anak yang rajin terjun di Jembatan Siak, Putra mengatakan jika yang paling muda di antara mereka baru berumur tujuh tahun. Sayangnya dia sedang tidak ikut terjun hari itu.

Putra mengatakan jika rutinitas mereka setiap sore itu tidak diketahui oleh orang tua mereka. Katanya pernah ketahuan, sebagai anak yang baik Putra menjadi pendengar yang kalem tapi diulang lagi untuk keesokan harinya. “Mau mati ya kau?” ucap Putra menirukan ibunya yang sedang marah.

Waktu terbaik untuk terjun adalah saat air pasang. Saat itu lah mereka bisa memilih tempat mana yang untuk terjun. Jika air sedang surut mereka harus terjun ke tengah, mencari tempat yang dalam untuk menghindari kayu atau benda tak diinginkan di bawah sana. “Kalau surut kak, bahaya di tepi, terlalu dangkal atau nanti ada kayu,” ujar Putra.

Awalnya mereka hanya melompat dari atas kapal yang melempar jangkar di sekitar Jembatan Siak III. Lama-kelamaan mereka ingin lebih dan akhirnya terjun dari atas jembatan.

Gimana lah kak, namanya juga hobi,” kata Putra

Ngeri kali hobi mu nak-nak...”
Previous Post
Next Post

0 komentar: