Saturday, October 26, 2019

Danau Khayangan, Pesona Hutan di Pinggiran Kota Pekanbaru


Danau Khayangan, Pekanbaru
Mendengar kata khayangan, otakku langsung berputar dan memikirkan bidadari-bidadari cantik yang tinggal di khayangan, kemudian turun ke bumi untuk mandi di sebuah danau. Tak jauh dari sana seorang pemuda bernama Jaka... tunggu dulu, ini bukan kisah Jaka Tarub.

Danau Khayangan ini berjarak sekitar 10 km dari pusat kota Pekanbaru, berada di Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai. Hanya perlu sekitar 30 menit dari pusat kota untuk sampai ke danau ini. Berbeda kalau dari Panam, mungkin hampir satu jam.

Aku pergi ke Danau Khayangan sekitar pukul 15.00 WIB setelah hujan rintik-rintik mengguyur Kota Pekanbaru. Menyusuri Jalan Sudirman, jembatan Siak IV, Jalan sembilang, kemudian berbelok ke Jalan Pramuka.

Map yang dipakai Sofi mengarahkan kami ke jalan tersebut. Entah apa yang merasuki gawainya, tiba-tiba map kehilangan arah dan membuat kami kelimpungan hingga tersasar di jalan masuk menuju Danau Buatan.

Di situ kami bertanya dengan seorang ibu-ibu karcis di bawah dua pohon besar yang rindang. Ibu itu sempat celingak-celinguk, ketika Sofi menanyakan hal absurd. “Buk, bangku duduk dimana ya?”

Sontak ibu itu menanyakan kembali, bukankah semua bangku itu duduk, tak lupa ia menanyakan lagi apakah ada bangku yang berdiri. Aku tertawa terbahak-bahak sebelum meluruskan pertanyaan Sofi. “Maksudnya bangku atau kursi pelangi bu,” kataku.

Ia memberitahu kami harus berputar arah dan kembali ke jalan sebelumnya. Saat menemukan gerbang besar ia mengatakan harus berbelok ke sana.

Usai berbelok ke gerbang yang dimaksud ibu tadi. Seingatku, tidak ada satu pun rumah yang kami lihat sepanjang perjalanan. Perbukitan di sebelah kanan dan kiri kami. Cukup memanjakan mata, kulihat ada sejoli yang sedang memadu kasih sambil menikmati pemandangan alam.

Jalanan aspal memudahkan kami mencapai lokasi. Meski pun di beberapa titik terdapat genangan dan tanah kuning di tengah-tengah jalan aspal, hal ini tidak mengganggu perjalanan. Hanya saja aku sedikit kesal karena aku baru saja mencuci motor hari kemarin.

Hutan di kiri kanan terlihat hijau, tapi beberapa terlihat muram dengan batang-batang menghitam tanpa daun di dahannya. Terlihat jelas bekas kebakaran beberapa waktu lalu.

Danau Khayangan juga dikenal dengan sebutan Kursi Pelangi. Karena di sana puluhan kursi-kursi panjang berwarna-warni dipasang menghadap langsung ke danau. Saat pertama kali sampai, kami disambut dengan suara-suara monyet di balik rimbun pepohonan tak jauh dari danau. Tidak ada satu orang pun di sana, sunyi, sepi dan asri. Hingga seorang pemuda muncul dengan sepeda motornya.

Kursi Pelangi, Danau Khayangan, Pekanbaru
Aku bersyukur ternyata ada orang yang bisa kutanya-tanya terkait Danau Khayangan. Akan sangat sia-sia jika perjalananku ke sini tak menjumpai siapa pun. Tak mungkin aku duduk di tepi danau bertanya kepada ikan, atau duduk di tepi hutan menanyakan kabar pada siamang.

Pemuda itu memperkenalkan diri dengan nama Iskandar, ia adalah penjaga Danau Khayangan tersebut. Menurutnya ada empat pumuda yang berjaga secara bergantian.

Iskandar dan Sofi
Kursi-kursi pelangi itu berwarna merah kuning dan hijau. Kursinya tidak bisa dipindahhlkan karena dibaut dengan kuat. Di depan kursi tersebut terdapat panggung yang tak terawat lagi. Bunga-bunga pun terlihat mekar dengan indah meskipun tumbuh bersama rumput-rumput liar.

Jalan menuju danau telah dibuat dengan baik. Paving block tertata rapi dan menghindarkan siapa pun dari beceknya tanah. Setelah aku turun dan berkeliling di sekitar danau, rupanya Iskandar tidak sendirian. Ia sedang memancing bersama salah satu temannya di pinggir danau.

Jalanan di pinggiran Danau Khayangan Pekanbaru
Kawasan ini terlihat asri, bersih dan sepi. Di balik tenangnya air Danau Khayangan, Iskandar menceritakan cerita-cerita mistis di dalamnya. Seperti tentang penunggu danau yang gemar mencari tumbal.

Untuk itulah, pengunjung dilarang berenang atau bahkan mendayung sampan. Kata Iskandar hal tersebut berbahaya terlebih bagi pendatang, terutama laki-laki. menurut Iskandar, penunggu danau ini adalah wanita. Korban-korban sebelumnya kebanyakan adalah pria.

“Udah sering makan korban, entah tenggelam atau ditarik ke dalam. Semua korbannya laki-laki,” ungkap Iskandar.

Karena itu, ia rutin berjaga di sekitar Danau Khayangan setiap hari. Agar jika ada pengujung yang datang tidak melakukan hal-hal yang dilarang.

Kendati demikian, tempat ini banyak diminati wisatawan baik untuk camping bersama keluarga, berkemah, memancing atau hal lainnya.

Iskandar dan temannya saat memancing di tepi Danau Khayangan
Aku dan Sofi duduk-duduk di tepi danau sambil menikmati sore dan melihat Iskandar dan temannya sedang memancing. Aku melihat seseorang sedang lewat di danau dengan sampan kecil. “Bang itu bapaknya apa nggak bahaya pakai sampan di danau ini,” tanyaku teringat dengan cerita mistis yang disampaian Iskandar tadi.

Iskandar hanya menjawab, jika pria bersampan itu adalah penduduk di sekitar Danau Khayangan. “Bapak itu orang sini,” pungkasnya.

Waktu terbaik untuk memancing atau menikmati keindahan danau seluas 150 ha ini adalah pagi hari. Dimana teratai akan mekar dengan indahnya

Ikutan mancing di Danau Khayangan
Iskandar bercerita, wisata ini dibangun sejak 2008 lalu pada masa pemerintahan Walikota Herman Abdullah. Pada masa itu banyak masyarakat beramai-ramai datang mengunjungi danau khayangan. Seiring berjalannya waktu, tempat ini tak banyak mengalami perkembangan dan hanya mengandalakan wisata alam. Perlahan, Danau Khayangan mulai dilupakan.

Warga setempat tak menarik retribusi besar untuk pengunjung yang datang. Hanya seikhlasnya sebagai ganti uang kebersihan. Jika ada yang ingin berkemah Iskandar mengatakan harus izin terlebih dahulu kepada penjaga atau masyarakat setempat agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Pergilah ke sini kawan, sesekali lihatlah alam yang ada di sekitarmu. Jangan lupa, dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung.
Previous Post
Next Post

6 comments:

  1. Gobsmacked! Aku baru tau ada wisata alam di Pekanbaru selain alam mayang hehe. Kursi pelangi, asri, bisa buat camping atau mancing tapi gak jauh jauh dari mistis penunggu danau ya Kak.

    Seandainya, pemda sedikit lebih care soal wisata alam begini, biar kita warga Pekanbaru gak kurang piknik hihi. Kan asyik klo Pekanbaru juga punya tempat piknik yg terawat dan dijaga. Gak perlu jauh jauh piknik ke negeri tetangga sekedar buat rerumputan. Hihi.

    Nice info kak. Bakal mampir kesini dan lihat danau khayangan tempat para bidadari mandi #eh

    ReplyDelete
  2. sayang udah kurang terawat. padahal dulu sering ambil poto prewed disana

    ReplyDelete
  3. 5 tahun tinggal di Pekanbaru cuman lewat aja saya, mbak. hahaha sekali-sekali perlu dateng kesini mancing atau foto-foto

    ReplyDelete
  4. Aku juga pernah main ke sini, kalau ga salah ada 2 tempat yaah.. Yang 1 nya lagi ada anjing aku smpt ketakutan huhu.. Padahal asri bgt kusukaaa..

    ReplyDelete
  5. Udah lama banget nib ga kesini, seru deh kalo bisa piknik disini kayanyaa 😍😍

    ReplyDelete
  6. wah aku dulu kesini pas acara kelas inspirasi 2 tahun lalu. Jadi udah lama banget nggak kesana, jadi kangen huhu

    ReplyDelete