Tuesday, October 9, 2018

Resensi Cinta di Ujung Sajadah: Tentang Kasih Ibu, Cinta dan Persahabatan






Oleh: Mujawaroh Annafi

Judul                         : Cinta di Ujung Sajadah
No. ISBN                  : 978-602-7595-13-2 
Penulis                      : Asma Nadia 
Penerbit                    : REPUBLIKA 
Tanggal terbit           : Juli, 2012
Cetakan                    : Kesatu, Juli 2012 
Halaman                   : 292 
Ukuran                     : 13,5 cm x 20,5 cm


Novel ini bercerita tentang seorang gadis bernama Cinta Ayu yang tinggal bersama ayah dan ibu tiri serta dua saudari tirinya. Mendapatkan Ibu baru dan saudara baru tak membuat kehidupan Cinta lebih baik, ia hidup bak Cinderella yang mendapatkan perlakuan tak adil dari ibu dan saudari tirinya.

Sang Ayah yang seharusnya menjadi pelindung bagi putri kandungnya pun lebih sering memihak kepada istrinya yang cantik bak model, meskipun ia tahu bahwa anaknya tidak bersalah. Pertengkaran di meja makan acap kali terjadi saban pagi ketika Cinta akan pergi ke sekolah.

Meskipun Mama Alia, begitu Cinta memanggil ibu tirinya, cantik, hal ini tidak menular ke ke dua anak perempuannya. Anggun memiliki tubuh kurus dan kurang percaya diri dengan penampilannya, sangat kontras dengan Cantik yang memiliki tubuh gempal tapi memiliki rasa percaya diri yang tinggi tapi terkesan norak. Sedangkan Cinta, ia tidak cantik juga tidak bisa dikatakan jelek, tidak kurus juga tidak gemuk, hal ini seringkali membuat Anggun dan Cantik sangat iri dengan Cinta.

Tapi Cinta tak peduli dengan perlakuan Anggun dan Cantik yang kerap memancing emosinya karena hal sepele. Tetapi Cinta tak tahan jika Anggun dan Cantik menyinggung hal tentang Ibu kandungnya.

Ibu adalah sosok yang tak pernah Cinta kenal, tak tahu bagaimana rupa dan suaranya. Kerinduan tentang Ibu menjadikan Cinta terobsesi memotret foto ibu dari teman-temannya, tak terhitung jumlah jepretan dengan objek berbeda tapi dengan satu fokus, perempuan berwajah sendu dan keibuan, hanya saja itu bukan ibu Cinta.

Ayah Cinta selalu menutup-nutupi kebenaran terkait ibu Cinta. Memiliki seorang Ibu Tiri tak melunaskan kerinduannya akan sosok seorang ibu. Kasih sayang yang didapatkan Cinta hanya dari Mbok Nah, pembantu rumah tangga. Berkali-kali Cinta menanyakan ke Mbok Nah, bagaimana rupa sang Ibu, namun Mbok Nah lebih memilih bungkam.

Di tengah kesedihan mendapatkan perlakuan kurang baik dari saudari-saudarinya hadir seorang laki-laki tetangga barunya bernama Makky Matahari Muhammadi. Juga support selalu datang dari sahabat-sahabat Cinta di sekolah. Makky adala pria tampan yang menggeluti hobi fotografi, sejalan dengan itu ternyata Cinta juga memiliki ketertarikan yang sama meskipun masih pemula, hal ini membuat hubungan keduanya semakin dekat.

Angin segar menerpa wajah Cinta, ketika berulang tahun ke 17, saat ia mulai melangkahkan kaki berhijrah menjadi diri yang lebih baik dan memutuskan untuk berhijab. Mbok Nah membeberkan semua kebenaran tentang ibu Cinta yang akhirnya membawa Cinta pergi untuk mencari keberadaan sang Ibu dan memulai sebuah perjalanan seorang diri.

Dalam perjalanannya ia bertemu dengan seorang pemuda yang menemaninya mengunjungi tempat-tempat berbahaya. Kebaikan hatinya memberikan rasa kepercayaan dari Cinta yang tak tahu apa-apa tentang kota yang ia kunjungi.

Cinta di Ujung Sajadah, tak hanya berkisah tentang kerinduan akan ibu, tetapi juga persahabatan dan cinta. Akankah Cinta bisa menemukan Ibu Kandungnya? Bagaimana kisah sang Ibu, hingga ayah dan Mbok Nah menutup rapat segala hal tentang Ibunya kepada Cinta? Dan siapakah yang menjadi jodoh Cinta?

Berawal dari pertanyaan Asma Nadia, Penulis novel ini mengemas dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami pembaca dan memulai cerita dari kisah Cinta di masa sekarang kemudian flashback menuju kehidupan Cinta di masa lalu. Tulisannya mengalir dan memiliki ending yang tak terduga. Pembaca dibuat penasaran tentang siapa ibu Cinta sebenarnya dan bagaimana kehidupan ibu Cinta di masa lalu.
Previous Post
Next Post

0 komentar: