Wednesday, May 25, 2022

Melihat Budidaya Maggot BSF di Kota Pekanbaru

Lalat BSF

Di tulisan kali ini, aku akan menceritakan pengalamanku terkait budidaya maggot BSF di Kota Pekanbaru. Kemarin aku bertemu dengan Pak Mashudi yang merupakan orang yang membudidayakan maggot BSF.


Sebelum cerita lebih lanjut tentang budidaya maggot BSF di Kota Pekanbaru, tau nggak sih, apa itu maggot BSF? Jadi, BSF itu singakatan dari black soldier fly alias lalat tentara hitam.

Meskipun namanya adalah lalat, tapi BSF ini lebih menyerupai tawon besar. Jadi maggot BSF adalah larva atau belatung dari BSF itu sendiri.

Aku mendapat informasi tentang budidaya BSF ini dari seorang rekan yang juga narasumberku sebelumnya yaitu Bang Hafiz. Akhirnya aku pun pergi dari Panam Pekanbaru menuju Jalan Tanjung Datuk Ujung, Sei Duku, Kecamatan Limapuluh, Kota Pekanbaru. Meskipun masih berada dalam satu kota, dari tempatku tinggal perlu mamakan waktu lebih dari 30 menit.

Sesampainya di sana aku menunggu tepat di depan gerbang Pelabuhan Sei Duku. Sebelumnya aku mencoba mengikuti Maps yang diberikan Pak Mashudi, tetapi kesasar, jadi Pak Mashudi memintaku untuk menunggu di depan gerbang pelabuhan.

Kata Pak Mashudi, membudidayakan lalat BSF ini gampang-gampang susah. Harus konsisten dan menjaga siklusi hidup lalat BSF, dari telur, larva, prepupa, pupa, hingga lalat dewasa.

Siklus hidup Lalat BSF

Makanan maggot BSF ini cukup sederhana tapi banyak, bisa sisa buah, sisa sampah dapur, dan sampah-sampah organik lainnya.
 
Maggot BSF sendiri memiliki banyak manfaat, seperti untuk pakan ayam, ikan, burung, dan lain-lain, yaitu yang sudah berbentuk larva dewasa berwarna putih kecoklatan, dan bisa juga yang sudah menjadi pupa atau maggot yang sudah tidak bergerak berwarna hitam dan siap menjadi lalat BSF.

Maggot BSF

Cara Budidaya Maggot BSF

Saat berkunjung ke tempat budidaya Pak Mashudi, ada sebuah kandang tertutup, di dalamnya ada bak-bak yang didisi oleh maggot. Sementara di bagian luar di buat satu tempat khusus berdinding jaring-jaring tipis yang didalamnya terdapat lalat BSF dewasa.

Proses budidaya maggot dimulai dari penetasan, telur-telur BSF dikumpulkan, sebelum diletakkan di bak penetasan, yang di atasnya sudah terdapat palet ikan, dan dikelilingi dedak agar setelah menetas, bayi larva tidak kabur.

Telur lalat BSF

Pakan pelet juga harus dijaga agar tidak kering. Kemudian, setelah selama 1 minggu di dalam bak penetasan maka dipindah ke bak pembesaran.

Di dalam bak pembesaran, setelah 12 hari  larva sudah bisa dipanen, yaitu yang berukuran besar berwarna putih. Maggot ini bisa diberikan untuk untuk pakan ikan, ayam, dan lain-lain.

Bak pembesaran maggot BSF

Agar siklus tetap terjaga, tidak semua larva dimanfaatkan  untuk pakan ternak, harus ada yang disisakan atau dibiarkan agar bisa tumbuh menjadi pupa.

Pupa adalah larva yang sudah menghitam dan tidak bergerak, ini selain bisa juga untuk pakan ternak, juga bisa untuk menjadi indukan lalat baru.

Khusus untuk yang dijadikan indukan baru, larva dewasa lama-lama akan menjadi prepupa hingga kahirnya tidak tidak bergerak atau menjadi pupa. Jika sudah demikian, maka pupa dipindahkan ke dalam baskom lalu  ditutupi seng, dan dimasukkan ke dalam kandang lalat dewasa.

Setelah menjadi lalat, masuk hari ke-3 atau ke-4 lalat akan kawin, kemudian di hari ke-5, 6, dan 7 bertelur, kemudian mati. Usia lalat BSF ini hanya 7 hingga 8 hari.

Siklus BSF harus dijaga, karena masa hidup lalat BSF tidak lama. Lalat BSF dewasa jantan akan mati setelah kawin, sedangkan lalat BSF betina akan mati setelah bertelur.
 
Untuk 10 gram telur BSF akan memerlukan pakan pelet ikan sekitar 1 kg. Setelah lalat bertelur,  telur dipindah  ke bak penetasan, telur akan menetas di hari ke 3 atau ke-4, lalu tetap ditempatkan di bak penetasan hingga 7 hari. Setelah itu, pindah bayi larva ke bak pembesaran agar tumbuh menjadi larva dewasa.
 
Siklus maggot BSF ini kurang lebih 1 bulan 2 minggu, dari telur hingga lalat dewasa mati. Larva menjadi pupa biasanya memerlukan waktu satu bulan hingga 40 hari tergantung pakan yang diberikan. Cepat tidaknya menjadi pupa tergantung pakan, jika diberi buah-buahan terus-menerus bisa  memerlukan waktu hingga 40 hari, tapi kalau roti yang dicampur sampah dapur, 1 bulan sudah jadi pupa, apalagi kalau dikasih bungkil sawit.

Budidaya maggot BSF juga bergantung  pada cuaca. Saat mendung lalat dewasa tidak aktif bergerak, baik untuk kawin maupun bertelur, sehingga telur yang dihasilkan sedikit. Pak Mashudi mengatakan, saat cuaca sedang bagus ia bisa memanen 70 – 100 gram telur per hari. Namun, saat cuaca mendung, ia hanya mendapatkan sekita 20 gram telur perhari.
 
Perawatan selama di bak pembesaran juga cukup mudah, maggot BSF bisa diberi makan sampah organik seperti sisa sayur, buah, sampah dapur, bungkil, sawit, hingga ampas kelapa. Mula-mula sampah organik yang sudah dikumpulkan digiling dengan mesin, setelah itu dicampur dengan E4 dan molase dan difermentasikan selama dua hingga tiga hari. Bisa juga tanpa fermentasi, tapi lebih bagus kalau difermentasikan lebih dulu.
 
Untuk 1 kg pupa jika menjadi lalat dewasa dapat memberikan telur sebanyak 40 – 50 gram. Jika ditetaskan bisa menjadi 100 kg larva dewasa. Lalu jika dijadikan pupa atau calon indukan maka akan mendapat lalat BSF dewasa yang melimpah.

Pakan Lalat BSF
 
Pakan menjadi hal penting untuk dipikirakan. Dalam 1 kg larva memerlukan 5 kg pakan dari sampah organik selama satu hari. Satu bak itu bisa 10 kg, paling tidak perlu pakan 40- 50 kg.
 
Karena menggunakan pakan dari sampah rumah tangga, Pak Mashudi mengaku di rumahnya sudah tidak ada sampah yang terbuang sia-sia. Ia  memilih menjadikan sampah rumah tangganya untuk pakan maggot. Bahkan, karena jumlah yang diperlukan cukup banyak, ia harus rajin mendatangi tempat penampungan sampah untuk mencari sampah organik.
 
Sementara itu, untuk yang sudah menjadi lalat, tidak perlu diberikan pakan lagi, cukup hanya dengan menyeprot air yang dicampur dengan gula.

Pak Mashudi menyemprot kandang lalar BSF

Budidaya maggot BSF ini sangat banyak manfaatnya. Menurut Pak Mashudi, tidak ada yang terbuang dalam budidaya ini. bahkan, sisa-sisa makanan maggot dapat dijadikan kompos yang jika dijual dapat menjadi pundi-pundi rupiah.
 
Tanah yang hitam di bawah maggot itu adalah pakan yang sudah dimakan oleh maggot,  itu lah komposnya. Kalau  dijual, per kilogramnya bisa Rp1.000 hingga Rp1.500. Lalat yang sudah mati juga bisa buat pakan ayam dan pancingan untuk lalat baru agar  bertelur. Tidak ada yang terbuang.
 
Dari budidaya maggot ini, Pak Mashudi dapat menjual telur maggot BSF, larva dewasa untuk  pakan, pupa, serta kompos. Ia memasarkannya melalui  Facebook pribadinya (Mashudi) dan Whatsapp. Tak tanggung-tanggung, ia telah menjual telur dan pupa hingga ke Jambi, Lampung, Siak, Bengkalis,  Medan, dan lain-lain.

Sementara untuk larva dewasa dan kompos, ia menjualnya di dalam Kota Pekanbaru mengingat kesulitan mengirimkan makhluk hidup melalui ekspedisi.
 
Untuk harga, telur maggot BSF dijual Rp6 ribu pergram, sementara larva dewasa dan prepupa Rp60 ribu perkilogram, dan pupa Rp8 ribu per gram. Dalam satu hari,  ia bisa mendapatkan omzet Rp300 ribu hingga Rp400 ribu per hari, tergantung seberapa banyak telur yang diperoleh dalam satu hari.

Di Kota Pekanbaru sendiri budidaya maggot BSF masih sangat jarang. Bisa jadi, ini menjadi peluang bisnis yang menjanjikan bagi yang berminat.

Pak Mashudi sendiri bersedia membagikan ilmu secara gratis jika ada yang ingin mencoba budidaya maggot BSF, asalkan ada niat dan tidak jijik terhadap belatung atau larva.

Previous Post
Next Post

5 comments:

  1. Ga nyangka belatung bisa dibudidayakan. Nice info

    ReplyDelete
  2. Pakanikan di rumah juga ini. EMG bagus bgt buat pakan

    ReplyDelete
  3. Mana yah lebih bagus, maggot apa yg pakan biasa?

    ReplyDelete
  4. Mantap Mas Mashudi salam sukses selalu buat Mas...
    Semoga semua yang di cita citakan dapat tercapai.. Aamiin Yarabbal'alamiin

    ReplyDelete