Tuesday, July 19, 2022

Wisata Sumbar: Menikmati Pemandangan Danau Maninjau dari Puncak Lawang

Danau Maninjau dilihat dari Puncak Lawang

Masih dalam episode wisata Sumatera Barat (Sumbar), di tulisan kali ini aku akan membahas tentang salah satu wisata Sumbar yaitu Puncak Lawang. Di destinasi wisata Puncak Lawang ini, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan Danau Maninjau yang dapat dilihat dari ketinggian.

Iduladha tahun ini aku mengunjungu Sumbar, tepatnya di Bukittinggi. Karena sebelumnya aku belum pernah ke Puncak Lawang, akhirnya aku dan temanku Laras memutuskan untuk mendatangi wisata yang sangat terkenal ini. Apalagi kalau bukan Puncak Lawang yang berlokasi di Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumbar.

Perjalanan menuju Puncak Lawang, Sumbar dari Bukittinggi memakan waktu hampir 1 jam dengan menggunakan sepeda motor. Aku dan Laras menyetel Maps dari lokasi wisata Pacuan Kuda Bukit Ambacang.

Meskipun aku perempuan tapi aku cukup lihai membaca Maps, jika pun salah yang pasti itu salah Maps-nya, ke mana Maps mengarah, ke sana lah kami akan sampai. Kami berdua sama-sama tidak tahu jalan ke Puncak Lawang.

Kami pun berjalan menyusuri Maps, melewati Jalan Lintas Sumatra. Pagi itu cukup asri menikmati hamparan pemandangan bukit-bukit yang berbalut selimut hijau. Beberapa kali kami bertemu monyet di jalan menuju Puncak Lawang.

Firasat tidak baik akan petunjuk dari Maps mulai terasa saat kami diminta untuk berbelok ke kiri. Aku sudah lupa nama jalannya, tapi aku ingat di sana kami melewati jalan aspal yang menurun kemudian menanjak ke atas, hanya bisa dilewati sebuah mobil. Mungkin akan sangat sulit jika bersisian dengan sesama mobil.

Jalan itu sangat kecil dan curam, dengan belokan yang tajam. Kami juga melewati sebuah sungai dengan jembatan kayu di atasnya. Jalanan sangat lengang, pemandangan sawah-sawah bertingkat dan tebing-tebing yang sedikit mengingatkanku dengan Lembah Harau.

Satu hal yang aneh, kami sangat jarang bersisian dengan orang lain. Hanya ada beberapa, padahal jika menuju Puncak Lawang, seharusnya jalanan ramai terlebih saat itu hari Ahad, dan masih dalam suasana Iduladha.

Kami sedikit tenang saat menjumpai perkampungan. Namun, kampung itu juga sangat sepi seolah-olah warganya enggan beraktivitas hari itu. Benak kami semakin tidak nyaman, karena jalanan yang indah semakin mencekam karena sepi. Google Maps masih mengarahkan kami untuk tetap mengegas sepeda motor.

Karena khawatir salah alamat, aku dan Laras pun berhenti di sebuah kedai milik warga di perkampungan yang kami lewati. Ia mengatakan, bahwa benar jika jalan menuju Puncak Lawang adalah melalui jalan ini. Hati yang was-was perlahan mulai tenang. Dalam diam kami melanjutkan perjalanan.

Keramaian mulai terlihat, saat hampir sampai menuju Puncak Lawang, jalanan semakin melebar dan orang-orang berlalu lalang. Hanya perlu melihat papan penunjuk arah saja sudah akan sangat membantu untuk sampai tujuan. Kami memang sampai dengan selamat dibantu dengan Google Maps, tapi jik waktu bisa diulang aku akan tetap memilih jalan yang lebih panjang dan ramai dibandingkan jalan kecil nan sepi yang kami lewati tadi.

Bersyukur kami tiba di sana dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. Kata Laras, kita salah lewat jalan, ia yang sudah pernah ke Puncak Lawang sebelumnya mengatakan jika jalanan tak sesepi dan sekecil jalan yang kami lewati tadi.

Tujuan kami berwisata di Puncak Lawang adalah menikmati pemandangan Danau Manianjau dari ketinggian. Duduk beralas rumput hijau sembari makan makanan ringan. Sebelum masuk ke area wisata, kami berbelanja jajanan seperti snack,  kacang kulit, dan minuman. Bawa snack dari rumah lebih baik karena harganya pasti akan lebih murah.

Tiket Masuk

Harga tiket masuk ke Puncak Lawang adalah Rp25 ribu per orang. Karena kami berdua maka kami dikenakan Rp50 ribu. Harga ini sudah termasuk parkir. Jangan sampai tiket ini hilang karena akan ditanyakan lagi saat mengambil motor ketika pulang.

Dari area parkir menuju puncak jalanan sangat menanjak, pasti ngos-ngosan untuk tiba di puncak apalagi jika berjalan kaki. Untung saja pengelola menyediakan odong-odong yang siap mengantarkan sampai ke atas. Tenang saja, ini gratis kok.

Setelah tiba di atas, kita tidak akan langsung sampai ke puncak, melainkan harus melalui tangga menuju ke atas. Melelahkan bagi yang jarang gerak seperti aku.

Di Puncak Lawang Bisa Ngapain Aja?

Aku di Puncak Lawang ngapain? pertama-tama aku duduk melamun menikmati hamparan pemandangam Danau Maninjau dari ketinggian. Pemandangannya sangat indah, seperti naik gunung tipis-tipis. Saat aku ke sana cuaca berubah-ubah dari mendung, menjadi hangat, lalu datang kabut, kemudian disusul hujan lebat. Setengah jam kemudian cuaca kembali cerah, dan aku kembali meneruskan kegiatan melamun sambil makan snack yang sudah kami persiapkan tadi.

Menikmati pemandangan di Puncak Lawang

Berfoto

Sepertinya semua orang kalau ke lokasi wisata tidak akan ketinggalan mengabadikan momen, baik dengan smartphone maupun dengan kamera. Begitu juga aku, sedikit membuat video jamet, dan berpose sampai kehabisan gaya tak ketinggalan kami lakukan.

Di Puncak Lawang ada beberapa spot foto yang bisa menjadi pilihan, seperti berfoto dengan view Danau Maninjau dari ketinggian, dan berfoto di hutan pinus. Ada banyak tempat yang bisa menjadi spot ciamik dalam mengabadikan momen. Selain itu, juga ada lokasi foto berbayar yang tempatnya keren. Aku nggak sempat berfoto di sana karena malas hahaha.

Puncak Lawang

2 Jamet sedang berpose

Hutan pinus di Puncak Lawang

Berfoto di Hutan Pinus Puncak Lawang


Bermain

Ada banyak permainan yang bisa dijajal di Puncak Lawang. Permainan yang paling menyedot perhatianku adalah flying fox dan paralayang. Tapi aku tidak mencobanya. Karena apa? antara malas dan bokek, sepertinya kedua hal ini sedang berkolaborasi.

Kami tiba di Puncak Lawang sekitar pukul 13.00 WIB dan pulang sekitar 17.00 WIB. Ngapain aja? nggak tahu. Saat menjelang sore, ada beberapa atlet paralayang berdatangan. Dengan peralatan lengkap mereka meluncur dari atas bukit dan bermain-main bersama angin.
paralayang di Puncak Lawang

Aku sangat ingin melakukannya. Di kunjungan berikutnya aku harus bisa naik paralayang. Ingat ya, next harus naik paralayang. Tapi sekarang kumpulin duit dulu banyak-banyak biar bisa terbang dibonceng sambil menikmati angin.

Fasilitas

Fasilitas di Puncak Lawang sangat lengkap. Ada musala yang airnya sedingin es, dan ubinnya sedingin sikap doi. Lalu, ada beberapa cafe yang tersedia dengan beragam pilihan makanan, serta homestay jika ingin menikmati waktu lebih lama di Puncak Lawang.

Papan penunjuk lokasi di Puncak Lawang

Sekedar mengingatkan, cuaca di Puncak Lawang cukup dingin, hindari memakai pakaian yang tipis. Pakai yang hangat tapi yang tidak membuat kepanasan juga ya.

Puas menikmati waktu dan pemandangan dari Puncak Lawang, kami pun memutuskan untuk pulang. Kembali turun menuju parkiran dengan odong-odong.

Untung saja, Laras yang sebelumnya sudah pernah ke sini, ingat jalan pulang tanpa harus melewati jalan sempit dan curam tadi. Akhirnya kami pulang dengan selamat, melewati jalan ramai hingga ke Bukittinggi.

Sekian kisahku di Puncak Lawang Sumbar, semoga bermanfaat dan bisa jadi pengalaman. Karena belajar dari pengalaman tak harus dari pengalaman pribadi.



Previous Post
Next Post

1 comment:

  1. I like your story telling and i like your blogger

    ReplyDelete