Tuesday, September 13, 2022

Capacity Building bersama Bank Indonesia: Berkenalan dengan Pulau Rupat yang Eksotis

 

Capacity Building ke Pulau Rupat bersama Bank Indonesia Riau

Akhir Juli lalu tepatnya Rabu - Jumat, 27 - 28 Juli, menjadi perjalanan yang menyenangkan dan tak terlupakan. Setelah sekian lama berjibaku dengan kerja, kerja, dan kerja, Bank Indonesia Riau mengajak awak media dalam capacity building yang mengenalkan eksotisme Pulau Rupat di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

Hari Pertama Capacity Building bersama Bank Indonesia

Kami berangkat ke Pulau Rupat dengan titik point di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Riau yang berada di Jalan Sudirman, Pekanbaru. Tidak perlu waktu lama untuk sampai ke Pulau Rupat.

Perjalanan naik bus menuju Pulau Rupat

Perjalanan menggunakan bus memakan waktu sekitar 1,5 jam dari Pekanbaru menuju Dumai melewati jalan tol yang mulus dan lurus. Sampai di Kota Dumai, perjalanan dilanjutkan ke Pelabuhan Ro-Ro Bandar Sri Junjungan Dumai menuju Pulau Rupat yaitu ke Pelabuhan Ro-Ro Tanjung Kapal.

Pelabuhan Ro-Ro Bandar Sri Junjungan Dumai

Perlu waktu beberapa lama untuk menunggu roro datang, bahkan hampir satu jam lamanya. Karena bosan menunggu di dalam bus, kami pun memilih untuk turun dan menikmati semilir angin sejuk di pelabuhan, sembari menikmati air es yang dijajakan oleh pedagang.

Saat itu adalah kali pertama aku menyeberang dari pelabuhan ke Pulau Rupat dan pertama kalinya naik roro. Kapal Ro-Ro singkatan dari Roll-on/Roll-off termasuk jenis kapal yang populer digunakan di dunia, termasuk di Indonesia.

Kami masuk bersamaan dengan bus, kemudian naik ke lantai atas dan duduk di kursi-kursi panjang yang sudah disediakan. Beberapa pedagang menjajakan makanannya, ada juga penampilan live music sepanjang menyeberang hingga ke Pulau Rupat.

Semilir angin sejuk menerpa saat aku berdiri di samping dinding terbuka yang menyerupai jendela. Dari sini terlihat laut yang berwarna kecoklatan. Sauh diangkat, dan kami berlayar menuju pelabuhan yang menghabiskan waktu sekitar 30 menit.

Sesampainya di seberang, kami kembali masuk ke dalam bus untuk keluar dari kapal. Ada juga yang memilih berjalan kaki, sebelum akhirnya turut masuk ke dalam bus, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Rupat Utara.

Jalan menuju Rupat Utara cukup beragam mulai dari tanah kuning berlubang-lubang, semen, hingga beton. Jalan cukup lebar, sehingga dua bus bisa bersisian. Sekitar 2,5 jam lamanya kami menempuh perjalanan dari pelabuhan Pulau Rupat hingga ke Rupat Utara dengan menggunakan bus.

Villa Anting Putri

Bank Indonesia dalam gathering ini membawa awak media dengan tujuan pertama adalah Vila Anting Putri yang berada di Tanjung Medang. Vila Anting Putri sangat luas, baru saja datang kami sudah disuguhkan dengan kelapa muda siap santap. Lelahnya perjalanan langsung dihapus dengan  tegukan air kelapa muda.

Vila Anting Putri

Deburan ombak terdengar ketika kami melangkah lebih dekat ke Vila Anting Putri. Sebuah gazebo tinggi dibangun menghadap ke laut. Yap, Vila Anting Putri memang sangat dekat dengan pantai.

Menelusuri Vila Anting Putri, ada banyak vila yang disediakan dengan fasilitas yang sangat nyaman. Di vila yang kutempati misalnya, ada dua kursi dari rotan di terasnya serta sebuah meja dengan asbak rokok di atasnya.

Vila Anting Putri

Aku juga sempat berkunjung ke vila temanku yang berbeda rumah. Berbeda dengan ruanganku, di tempat temanku ini, ada dua kamar yang disediakan, saat membuka pintu terdapat sebuah ruang tamu.

Sementara di tempatku, ketika membuka pintu vila, langsung dihadapkan pada sebuah televisi, kasur king size lengkap dengan bench. Sebuah lemari diletakkan tepat di depan kamar mandi. Isi di dalam vila seperti hotel-hotel pada umumnya.

Untuk kamar mandi di Vila Anting Putri, terdapat sebuah cermin, westafel, dan shower. Hanya saja, air shower akan keluar cukup kecil ketika ada orang lain yang memakai air di vila lain. Barangkali pengelola harus memperbaiki hal yang satu ini  kan nggak asik jika saat keramas tiba-tiba aliran air jadi lebih kecil.

Lalu, kualitas air cukup jernih, hanya saja aroma airnya menyeruak cukup tajam seperti aroma obat. Aku sulit mendeskripsikannya seperti apa, tapi aku lebih memilih berkumur dengan air mineral ketimbang dari air tersebut. Namun, katanya, kualitas air di sini sudah yang terbaik yang bisa ditemukan di Pulau Rupat. Selain itu, fasilitas sangat nyaman dan tidak menjadi masalah berarti. Aku masih bisa mandi dengan air hangat dan beristirahat dengan nyaman hingga subuh.

Berhadapan dengan laut, katanya bisa menikmati sunrise atau matahari terbit yang indah di pagi hari. Sengaja aku bangun pukul 05.00 WIB dan menenteng kamera menelusuri tepi pantai. Saat itu pagi sedang pasang, pasir pantai tertutup, dan aku hanya bisa berjalan di dermaga semen.

Suasana masih gelap, aku duduk di tepi dermaga berharap sunrise muncul dengan indahnya. Namun apa daya, pagi itu sedang sendu hanya awan hitam muncul memyembunyikan sang jingga. Mengecewakan tapi aku berjanji akan datang keesokan paginya lagi untuk mendapatkan sunrise yang indah.
Menanti sunrise di Vila Anting Putri



Penampilan Zapin Api

Di Vila Anting Putri, malamnya kami disuguhkan dengan penampilan tari zapin api.

Tari zapin api merupakan atraksi asli dari masyarakat Pulau Rupat. Selain kami sebagai tamu yang menyaksikan tari zapin api ini, juga ada masyarakat sekitar yang turut menonton.

Ada dua gundukan sabut kelapa yang disediakan, sekumpulan penari laki-laki bertelanjang dada memakai celana putih panjang, para pemusik penabuh gendang, seorang penyair, dan beberapa pawang.

Tari zapin api Pulau Rupat

Alunan musik dimainkan, para penari bertepuk tangan sesuai irama, lama-lama mereka seperti kesurupan. Lari-lari menerjang gundakan sabut yang sudah disiram minyak tanah dan bekobar menyala-nyala.

Gundukan diterjang, ditendang, dilempar dengan kaki telanjang dan tantan kosong. Lalu sebuah bola menyala-nyala dilempar dan membuat para penari semakin bersemangat mengejar apapun yang menyala. Syair-syair berbahasa melayu didendangkan yang tidak kutahu artinya, belakangan kuketahui syair itu berkisah tentang rasul dan sahabat.

Para pawang berjaga agar penari yang mengejar bola api tidak sampai keluar dari garisnya dan membahayakan penonton. Begitu terus sampai api padam, musik berakhir, dan penyair tak bersuara lagi, meninggalkan para penari dengan erangan tak puas dengan durasi.

Cukup ekstrem memang, aku sibuk melihat sambil menyantap kacang kulit di meja yang disediakan, kemudian bertepuk tangan dengan aksi dan tradisi luar biasa yang dimiliki oleh masyarakat Pulau Rupat.

Hari Kedua

Pulau Beting Aceh

Bersama Bank Indonesia Riau, dalam gathering ini Pulau Beting Aceh merupakan destinasi utama. Walaupun keindahan sunrise tertutup mendung, rupanya matahari pagi itu cukup terik seolah-olah mengusir mendung agar pergi jauh-jauh.

Hari itu usai sarapan, kami bersiap-siap untuk menuju ke Pulau Beting Aceh. Dari Vila Anting Putri, kami menaiki bus menuju Pelabuhan Tanjung Medang. Lalu dilanjutkan dengan naik speed boat hingga sampai ke Pulau Beting Aceh sekitar 15 menit kemudian.

Meskipun warna cokelat mendominasi warna air di pantai-pantai Pulau Rupat, di Pulau Beting Aceh ini justri warna biru sangat mendominasi. Pasirnya berwarna putih, seolah-oleh suci tanpa dosa. Ketika kaki-kaki manusia menyentuh pasirnya, suara berbisik seakan sedang berghibah terdengar.

Hamparan pasir putih dan lautan tenang seluas mata memandang, ditambah dengan cemara laut yang menghiasi Pulau Beting Aceh. Ada dua buah gazebo menyambut para tamu yang datang, selainnya tidak ada apapun. Tidak ada orang selain rombongan dari Bank Indonesia, tidak ada fasilitas lain menghiasi pulau yang indah ini.

Foto bersama di Pulau Beting Aceh

Berharap ada perosotan yang langsung ke laut, atau ayunan di tepi laut, atau banana boat yang bisa mencempelungkan pengunjung, sepertinya terlalu berlebihan untuk dijadikan ekspektasi mengunjungi Pantai Beting Aceh.

Namun jangan salah, justru dengan tampilan ini semakin membuat Pulau Beting Aceh terlihat sangat eksotis dan terlihat masih perawan dan seperti belum dijamah manusia. Yah, sayangnya ada beberapa sampah botol air mineral dan wadah mi instan yang sedikit mencoreng keindahan Pulau Beting Aceh ini.

Pulau Beting Aceh

Sebenarnya, aku sangat ingin berenang di Pulau Beting Aceh, tapi jika mengingat durasi, rasanya tidak akan cukup untuk bersenang-senang. Jadi agenda yang bisa kulakukan saat itu adalah foto-foto, buat video jamet dan alay, serta menikmati suasana pantai. Aku belum sempat melamun di Pulau Beting Aceh.

Pulau Beting Aceh

Saat capek, kami kembali ke gazebo dan menyeruput segarnya air kelapa. Memang sebelum menyeberang ke Pulau Beting Aceh, kami dibekali dengan sebuah kelapa muda per orang. Tak lupa sebungkus Pop Mie diseduh untuk mengenyangkan perut yang keroncongan sebelum akhirnya kembali ke Vila Anting Putri.

Sesampainya di vila, kami beristirahat sejenak, lalu wawancara dengan Kepala Bank Indonesia Riau Bapak Muhamad Nur. Setelah Zuhur, agenda dilanjutkan dengan pemaparan materi terkait potensi wisata Pulau Rupat yang disampaikan langsung oleh Ekonom Senior Kpw BI Riau Bapak Ignatius Adhi Nugroho dan Akademisi Pariwisata Universitas Riau Bapak Achmad Nawawi.

Pemaparan materi terkait potensi Pulau Rupat

Malam Terakhir

Kata teman-teman awak media sangat seru, ada banyak lomba berhadiah uang tunai. Tapi malam itu aku meringkuk di kasur karena sakit perut akibat tamu bulanan yang datang lebih awal.

Hari Terakhir

Di awal tulisan ini aku mengatakan berjanji akan melihat sunrise di hari berikutnya. Namun sayang, pagi itu hujan rintik-rintik turun, dan aku yakin sunrise yang indah lagi-lagi tidak akan menunjukkan diri kepadaku. Ya sudah, aku kembali meringkuk menuntaskan subuh terakhir di Vila Anting Putri.

Aku menghabisakan sarapan terakhir di Vila Anting Putri, mengenyangkan diri agar nantinya tidak mual sepanjang perjalanan pulang. Sebelum benar-benar pulang, di hari terakhir gathering bersama Bank Indonesia, kami menyempatkan diri berkunjung ke Pantai Tanjung Lapin dan Pantai Pesona.

Pantai Pesona memiliki bibir pantai yang lebih indah ketimbang di Pantai Vila Anting Putri. Kami masih bisa berjalan-jalan di pasir meskipun air pasang. Sapi-sapi milik warga melihat kami tanpa berkedip seolah-olah mengejek makhluk yang jarang melihat pantai.

Pantai Pesona di Pulau Rupat

Aku juga yakin, sapi-sapi itu tertawa di dalam hati saat panitia menyuruh kami untuk segera bergegas agar dapat mengunjungi Pantai Tanjung Lapin serta dapat pulang tepat waktu.

Dari Pantai Pesona, kami ke Pantai Tanjung Lapin. Kulihat-lihat, pantai ini memiliki fasilitas yang paling lengkap, tapi kalau pemandangan Pantai Beting Aceh masih juaranya. Di Pantai Tanjung Lapin, ada gazebo, toilet, pedagang, dan lain-lain.

meng-jamet di Pantai Tanjung Lapin

Selain menyusuri pantai, juga ada dermaga, sehingga pengunjung bisa berjalan-jalan tanpa takut kotor atau terkena air. Di ujung dermaga bisa berfoto dengan tulisan Pantai Tanjung Lapin.

Gerimis kembali turun saat kami di Pantai Tanjung Lapin, berlari-lari kami menuju bus setelah puas berfoto. Kemudian tidur sepanjang perjalanan dan kembali pulang ke Kota Pekanbaru.


Previous Post
Next Post

0 komentar: