Saturday, February 24, 2018

Thousand Story at School (Part 1)



Lama itu relatif, ada yang menganggap satu tahun adalah waktu yang sebentar, ada yang menganggap satu jam adalah waktu yang sangat lama. Itu semua tergantung perspektif dari mana kamu merasa dan melihatnya barangkali melihat situai dan kondisi juga termasuk satu diantaranya.


Ingin kuceritakan padamu kawan, masa-masa indah masa-masa di sekolah. Ini bukan kisahku ketika sekolah, tapi kisahku ketika mengajar di sekolah. Program Pengalaman Lapangan (PPL), kegiatan wajib yang harus dilalui oleh semua mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK), beruntung aku mendapat sekolah setingkat MTs, sangat banyak kawanku di luar sana yang menembak sekolah tingkat SMP tapi malah dapat tingkat SMA, barangkali keberuntungan sedang berada di pihakku.

SAAT PERTAMA

Pertama kali ke sekolah untuk bersilaturrahmi mengenal sekolah dan yang ada di dalamnya, saat itu kami diinformasikan untuk datang tepat waktu pukul 07.00 WIB. Yap meski hanya bersilaturrahmi tapi harus tepat waktu. Konon katanya kepala sekolah sangat terkenal dengan kedisiplinannya, sebagai ketua PPL kami, Agung meminta kami tiba di sana pukul 06.30 pagi. Pada akhirnya kami tiba jam tujuh kurang sedikit, bukan waktu yang telat, tapi waktu yang tepat.

Sesampainya di sana, kami tidak langsung dijamu bak tamu terhormat, ternyata kami diminta menunggu barang sejenak hingga pukul 08.00 WIB, kesempatan itu kami gunakan untuk lebih mengenal rekan seperjuangan selama PPL tiga bulan ini. Makan adalah cara terbaik untuk mengakrabkan diri, meski agak kecewa Agung memotivasi dengan mengatakan bahwa Kepala sekolah sedang menguji kita untuk melihat kedisiplinan kita. “Ikuti aja permainannya dulu, nanti kita bisa main-main kalau sudah tahu caranya,” Kata Agung.

Setelah tiba waktunya, kami didudukkan di sebuah ruangan yang aku ketahui bernama perpustakaan dari plang yang ada di depan pintu. Beberapa lemari buku tersusun rapi di bagian kiri ruangan, ruangan di bagi menjadi dua sisi meski tanpa sekat, seperti yang kukatakan tadi kawan, lemari di bagian kiri, dan bagian kanannya diletakkan meja-meja dengan beberapa kursi yang tersusun rapi. Di sebelah kanan pintu meja petugas perpustakaan lengkap dengan computer dan sound sistem untuk mengatur bel dan informasi ke penjuru sekolah ini.

Setelah kepala sekolah tiba, kami memperkenalkan diri, nama, jurusan dan asal, klise memang. Isnayati, Endang, Satya dan Aminah dari jurusan Pendidikan Agama Islam. Wulan, Vita, dan Agung dari jurusan Bahasa Arab. Tika, Suci, dan Sutri dari jurusan Bahasa Inggris. Serta aku (Nafi), dan Fitri dari jurusan Pendidikan Matematika.

Masih kuingat dengan jelas kala itu, Bapak Sudirman sebagai kepala sekolah memperkenalkan rekan sejawatnya, Mr. Umar dan Pak Hadi serta pamong-pamong yang akan membimbing kami selama mengabdi di sekolah ini. Tak lupa ia meminta kenang-kenangan dua buah mikroskop yang langsung membuat jantung shock dan kantung menjerit ketika membayangkannya.
***
Kami sangat beruntung karena tidak langsung masuk ke kelas, kami diberi waktu dua minggu sebelum masuk di awal Oktober 2017, serta mahasiswa Universitas Islam Riau (UIR) yang masih PPL di sini meski tinggal beberapa minggi lagi, mereka dengan senang hati mengajarkan kami tentang apa yang harus kami lakukan dan tidak kami lakukan. Seperti dalam dua minggu sebelum waktu mengajar rutin tiba, kami harus selalu berada di sekolah dari pukul tujuh hingga empat sore. Kami tidak boleh hanya datang ketika hendak mengajar saja, kami harus rajin bersih-bersih setiap pagi.

Menurut kepala sekolah, sekolah MTs Muhammadiyah 02 Pekanbaru adalah sekolah adiwiyata yang menjadi rujukan sekolah-sekolah lain, sekolah yang pernah bersanding di jajaran atas tingkat nasional dan kebersihan adalah hal yang utama. Tak heran jika semua penghuni sekolah turut berkontribusi, dari Cleaning Service, satpam, guru dan pegawai memegang sapu saban pagi.

WC adalah kebanggaan tersendiri di sekolah ini, jika pemandangan jorok dan bau adalah hal yang biasa kau temui di sekolah, maka hal itu tidak kau temui di sini. Wangi dan bersih adalah prioritas utama, bahkan dendan yang harus dibayar siswa ketika melakukan kesalahan adalah Vixal pembersih toilet. Untuk masuk WC saja siapapun harus memakai sandal yang telah disediakan dan mengambil nomor antrian di meja resepsionis, tak hanya itu, siswa wajib menuliskan nama, kelas, waktu masuk dan keluar ketika hendak ke WC. Ku tanyakan hal ini kepada Pak Hadi, ia hanya berkata jika ada kerusakan atau hal aneh terhadap WC maka pelakunya bisa ditelusuri. Aku hanya mengangguk mengaminkan.
Previous Post
Next Post

0 komentar: