Friday, March 17, 2023

Nikmati Keindahan Pantai Sundak Gunung Kidul Yogyakarta


Pantai Sundak Gunung Kidul Yogyakarta

Di tulisanku kali ini aku ingin mengajak kawan-kawan pembaca untuk melihat keindahan di Pantai Sundak yang berada di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, Indonesia.

Kunjungan kali ini didasari dari obrolan ringan dengan teman kosku Fita yang bosan dengan hiruk pikuk semester akhir, dan sesekali ingin healing untuk menikmati pesona alam yang tak pernah membosankan.

Pantai-pantai terdekat kami telurusi secara daring, mulai dari Pantai Parangtritis, Pantai Indrayanti, Pantai Ngobaran, Pantai Glagah, hingga terpilihlah Pantai Sundak.

Dari Kota Surakarta memerlukan waktu sekitar 2,5 jam dengan sepeda motor untuk bisa sampai ke Pantai Sundak. Kenapa kami memilih Pantai Sundak, tentu saja karena pantai ini memenuhi kriteria pantai yang ingin kami kunjungi.

Pertama, Pantai Sundak memiliki hamparan pasir yang bisa untuk disinggahi. Maksudku adalah, beberapa pantai diciptakan oleh Tuhan hanya untuk dipandangi bukan untuk bermain bersama. Di Pantai Sundak kita bisa puas bermain-main di pasir pantai.

Pantai Sundak Gunung Kidul Yogyakarta

Kedua, ombak yang tidak terlalu tinggi. Selain berfoto-foto ceria di pantai, atau membuat video-video yang ciamik. Kondisi ombak juga menjadi perhatian. Hal ini dikarenakan kami ingin puas bermain-main di air tanpa khawatir terseret arus.

Selanjutnya, kita juga bisa menjelajahi Pantai Sundak dan menyusuri pantai sambil mencari rumput laut atau ikan-ikan kecil. Airnya yag sangat jernih juga akan memudahkan kita berjalan di perairan dangkal dan melihat hewan-hewan laut.

Kami berkunjung dengan berbekal Maps, untung saja tidak tersasar meskipun jalanan yang kami lalui tidak cukup ramai meskipun saat itu adalah akhir pekan.

Ketika akan memasuki wilayah pantai, kita akan diberhentikan untuk membayar biaya masuk yaitu Rp10 ribu per orang. Selanjutnya, seperti biasa parkir juga pasti harus bayar yaitu Rp2 ribu untuk sepeda motor.

Mataku bersinar melihat putihnya pasir pantai, birunya air laut, dan hijaunya tebing-tebing di bebeberapa sisi pantai. Bahkan mataku yang memang sudah minus mendadak jernih walaupun melihat tanpa kacamata.

Segera kami mengganti sepatu kami menjadi sendal untuk memudahkan berjalan di atas pasir.

Setiap pantai memiliki pasir yang berbeda-beda. Pasir di Pantai Sundak menurutku sangat sulit untuk berlari di atasnya, karena saat kita menginjakkan kaki di pasir, seolah-olah pasir segera menenggelamkan kaki-kaki kita. Sangat berbeda dengan pasir di Pantai Parangtritis yang lebih padat.

Tidak ada ATV di sini, lebih mudah berjalan tanpa alas kaki di atas pasir. Kami berjalan menuju tepi pantai, terlihat jelas di air yang jernih batu-batu koral, rumput-rumput laut, hingga ikan-ikan kecil.

Aku membiarkan celanaku basah dan tak lupa mengenakan sendal saat berjalan ke dalam air. Saat itu mungkin sedang surut, atau aku tidak tahu jika kondisi memang selalu seperti itu karena ini kali pertamaku.

Jarak antara ombak dengan pasir pantai cukup jauh. Seperti ini: pasir pantai, perairan dangkal dengan terumbu karang, baru kemudian ombak lautan yang tidak terlalu tinggi.

Pantai Sundak Gunung Kidul Yogyakarta

Aku dan Fita menjelajahi terumbu karang di perairan dangkal, aku berharap bisa mendapatkan bintang laut atau lainnya, tetapi sepanjang kaki melangkah  hanya bulu babi  yang telihat. Banyak, bahkan sangat banyak bulu babi.

Pantai Sundak Gunung Kidul Yogyakarta

Ada banyak aktivitas warga di Pantai Sundak ini, seperti memancing dan mencari rumput laut. Aku mengikuti seorang ibu-ibu yang membawa bakul kecil sebagai tempat untuk rumput laut hasil pencariannya.

Mencari rumput laut di Pantai Sundak Gunung Kidul Yogyakarta

Selain itu, juga banyak rombongan-rombongan gathering dari berbagai wilayah yang menyambangi pantai ini. Ada juga keluarga yang bermain bersama anak-anaknya, bermain pasir pantai, mandi di air laut dangkal, dan lain-lain. Tak lupa kegiatan wisata yang tidak boleh ditinggal yaitu mengabadikan momen.

Pantai Sundak Gunung Kidul Yogyakarta

Jalna-jalan ke Pantai Sundak pun tempat wisata yang lain tidak akan lengkap tanpa mencicipi kuliner setempat.

Aku dan Fita memutuskan untuk mencoba nasi goreng di salah satu kedai di Pantai Sundak. Ada beragam menu yang bisa dipilih. Karena sedang menikmati keindahan laut, aku ingin mencoba seafood di kedai bernama Gubuk Samudra

Fita memilih nasi goreng telur dan aku nasi goreng seafood. Harganya pun tidak terlalu mahal dan sudah tertera sehingga kita tidak perlu bertanya-tanya lagi. Untuk nasi goreng seafood yaitu Rp20 ribu.

Menu-menu yang dihadirkan yaitu ikan, udang, cumi, ayam, dan lain-lain. Harga mulai Rp5 ribu hingga Rp35 ribu. Ada juga menu-menu paket yang bisa dipilih.

Satu hal yang aku sukai dari nasi goreng seafood di sini selain rasanya yang enak, yaitu tidak pelit dengan seafood-nya. Pernah suatu waktu aku membeli nasi goreng seafood di tempat lain (bukan di Pantai Sundak) seafood yang dihadirkan sangat sedikit.

Di Pantai Sundak ada banyak gazebo-gazebo berjejeran yang bisa disewa untuk dapat dipakai sambil beristirahat sembari menikmati sepoi angin laut.

Tak hanya itu, aktivitas-aktivitas lain yang dapat dilakukan di Pantai Sundak yaitu snorkeling, berjemur di pantai, dan mengambil tur perahu untuk menjelajahi pulau-pulau terdekat.

Di Pantai Sundak fasilitas-fasilitas umum juga banyak tersedia seperti toilet, musala, dan lain-lain. Jika bingung silahkan tanya ke warga setempat.

Nah itulah sedikit cerita di Pantai Sundak yang indah dan menenangkan. Jika aku berkesempatan untuk datang dua kali ke Pantai Sundak, aku akan memilih snorkeling dan mencoba tur perahu. 

Amin ya Allah.

Mba Fita

Pantai Sundak Gunung Kidul Yogyakarta

Wednesday, February 15, 2023

Keliling Jogja dalam 1 Hari Part 3: Melihat Sisi Lain Tamansari Yogyakarta

Pintu masuk Tamansari

Usai dari jalan-jalan keliling Yogyakarta, mulai dari Alun-alun Kidul, Malioboro, hingga Prambanan, tulisan ini menjadi part terakhir dalam rangkaian family gathering Anak Ibu Keponakan (tanpa ibu) di Jogja.

Baca juga: Keliling Jogja Part 1: Alun-alun Kidul Yogyakarta

Setelah dari Prambanan, salah dzuhur, dan makan siang, kami beristirahat sejenak di sebuah masjid tak jauh dari Candi Prambanan. Menjadi sebuah kesalahan bagi kami, karena memilih menunggu azan asar sebelum bertolak.

Baca juga: Keliling Jogja Part 2: Candi Prambanan

Padahal, kami bisa salat asar ketika sudah sampai di Tamansari. Jujur, kami tidak melihat jadwal buka Tamansari. Jarak dari Prambanan ke Tamansari juga memakan waktu sekitar 30 menit.

Karena kami bertolak setelah salah asar, otomatis sampai di Tamansari waktu menunjukkan sekitar 15.30 WIB. Sedangkan Tamansari hanya buka hingga pukul 15.00 WIB.

Sampai di Tamansari kami memarkirkan sepeda motor, meskipun tidak bisa masuk ke area utama Tamansari, diajak berkeliling untuk melihat peninggalan-peninggalan Sultan Jogja lainnya yang masih bisa dilihat.

Membersamai kami, seorang pemandu paruh baya bernama Pak Albertus menjelaskan terkait Tamansari dan sisi lain dari Tamansari yang tak kalah menarik untuk dijelajahi.

Area-area yang ditunjukkan oleh Pak Albertus yaitu area dapur, tempat makan sultan, tempat bersantai sultan, sumur, dan lain-lain. Aku belum pernah  masuk ke area utama tempat wisata Tamansari, jadi untuk perbandingan aku belum bisa menjelaskan lebih lanjut.

Selain dipandu, kita juga dibolehkan jika ingin berjalan sendiri. Tinggal mengatakan dengan sopan bahwa ingin berjalan-jalan sendiri tanpa dipandu.

Area Tamansari yang kami kunjungi yaitu berada di antara rumah-rumah warga yang kata Pak Albertus masih milik dari abdi dalem Kesultanan Yogyakarta.

Dari samping gerbang Tamansari kita berjalan lurus  dan masuk ke jalan yang rapat oleh rumah-rumah warga. Terlebih dahulu kita akan melalui sebuah gerbang yang tidak terlalu tinggi dan bisa disentuh bahkan tanpa berjinjit.

Pak Albertus menuturkan, dibuatnya gerbang rendah seperti itu bukan tanpa maksud, melainkan agar pengunjung yang masuk menunduk dan memberikan hormat. Kulihat Pak Albertus komat-kamit sembari mengucapkan kalimat permisi untuk masuk ke kawasan tersebut.

Kemudian kita akan melewati tembok tinggi dengan terowongan di tenga-tengahnya yang disebut Gerbang Carik. Tulisan Gerbang Carik berwarna biru tersebut sendiri sudah mulai memudar termakan waktu.

Menuju Gerbang Carik di Kompleks Tamansari Jogja

Menurut Pak Albertus, Carik adalah sebutan untuk juru tulis atau sekretaris, yaitu seseorang yang mengetahui berbagai hal milik kesultanan bahkan hingga hal yang paling rahasia sekalipun.

Tamansari Jogja

Selanjutnya, kami diajak berkeliling dan menuju ke Gedong Madaran. Pak Albertus mengatakan jika Gedong Madaran dulunya berfungsi sebagai dapur tempat memasak makanan bagi keluarga raja.

Kemudian, kami terus berjalan hingga sampai di sebuah sumur dengan air yang sangat jernih di dalamnya. Terdapat puluhan koin-koin berwarna perak dan emas di sumur tersebut.

Konon katanya, jika melemparkan sebuah koin dan mengucapkan permintaan, maka akan terkabulkan. Tapi berdoanya jangan pada sumur, tetap berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa yaa.

Sumur di Tamansari

Pak Albertus kemudian mengajak kami berjalan menuju Pasarean Ledoksari yang bangunannya menurutuku hampir seperti di drama saeguk Korea. Pasarean Ledoksari dahulunya merupakan tempat raja beristirahat saat berkunjung ke kompleks Tamansari.

Katanya lagi, Ledoksari adalah bangunan pertama yang didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I di Kompleks Tamansari.

Ledoksari

Satu hal lagi yang menurutku menarik terkait sosok dari Pak Albertus ini. Ia seolah-olah bisa menerawang siapa diri kita dan seperti apa kita di masa yang akan datang. Bisa dikatakan antara fakta dengan ramalan. Tentu saja ramalannya tentang hal-hal yang baik-baik saja.

Saat pertama kali masuk dan sebelum mengajak kami berkeliling, Pak Albertus tiba-tiba menebak siapa diri kita meskipun tidak 100 persen benar, tapi kebanyakan adalah benar.

Rani misalnya, Pak Albertus mengatakan jika Rani adalah mahasiswa kesehatan. Kemudian Asna, dikatakan berasal jurusan berlatar belakang pendidikan.

Mendengar hal tersebut, sontak kami saling pandang seolah-olah mengatakan "Bagaimana Bapak ini bisa mengetahui siapa diri kami, padahal belum terlalu banyak mengobrol".

Kendati demikian, Pak Albertus tidak mengatakan apa-apa tentangku, ia hanya mengatakan jika di masa depan aku bisa menjadi orang hebat bahkan bisa menjadi menteri jika ingin.

Akupun mengiyakan dan mengaminkan, toh kata-katanya juga bukan suat hal yang buruk untuk diaminkan.

Ia juga menuturkan jika kami adalah orang-orang yang tulus dan jujur dalam menjalankan hidup. Bahkan ia juga mengungkapkan bahwa aku sangat cocok menjadi ustazah.

Itulah sekilas perjalanan kami berkeliling Tamansari, meski bukan melihat-lihat ke bangunan utama, tapi ada banyak hal baru yang bisa dipelajari.

Pak Albertus juga bersedia mengabadikan momen-momen kita di Tamansari dan hasil fotonya lumayan ciamik.

Tamansari Jogja

Usai berkeliling dan kembali ke parkiran motor, kami pun berpamitan dengan Pak Albertus serta memberikan uang jasa seikhlasnya untuk beliau.

Inilah akhir cerita Keliling Jogja seharian. Lah kan 2 hari, kenapa dikatakan seharian. Sehari kan ada 24 jam, dimulai dengan sore dan berakhir dengan sore.

Setelah dari Tamansari kami kembali ke penginapan untuk mengambil barang yang sudah dititipkan sebelum checkout. Selanjutnya, mengembalikan sepeda motor, lalu duduk santai menikmati es krim dengan pemandangan kereta yang melintas sebelum akhirnya menuju ke Stasiun Tugu Yogyakarta untuk pulang ke habitat masing-masing. Tinggalah Rani seorang diri di Kota Pelajar dengan beragam wisatanya.

Sampai jumpa di tulisan-tulisanku selanjutnya. Jangan pernah bosan untuk membaca, biarkan aku secara lengkap menceritakan kisah yang jarang kusampaikan secara lisan.



Sunday, February 12, 2023

Keliling Jogja Seharian Part 2: Pesona Candi Prambanan

Candi Prambanan

Setelah pulang basah kuyup dari Malioboro, kami pun beristirahat di penginapan sembari merencanakan kemana akan pergi di hari esoknya. Diputuskanlah kami akan mengunjungi Candi Prambanan dan  Taman Sari.

Baca juga: Keliling Jogja Seharian Part 1

Kami berangkat dari penginapan menuju Candi Prambanan Yogyakarta sekitar pukul 9 pagi. Cuaca saat itu sangat cerah, matahari sudah cukup tinggi.

Candi Prambanan adalah candi Hindu yang terbesar di Indonesia, berada di Jalan Raya Solo - Yogyakarta, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Slemen, Daerah Istimewa Yogyakarta. Perlu waktu sekitar 30 menit dengan sepeda motor dari pusat Kota Jogja.

Menuju ke Candi Prambanan Jogja, juga bisa ditempuh dengan bus transjogja lo, ku lihat ada transjogja yang mengarah ke sana dan halte-nya pun tidak jauh dari pintu masuk Candi Prambanan.

Di perjalanan menuju Candi Prambanan, kami terlebih dahulu sarapan. Namanya juga warga Sumatra, nasi padang menjadi pilihan kami untuk mengganjal perut sebelum menjelajah pada waktu itu.

Ada sangat banyak warung nasi padang di sepanjang perjalanan menuju Candi Prambanan, tinggal memilih salah satu, duduk manis, dan menikmati hidangan yang disajikan.

Harga tiket masuk ke Candi Prambanan Januari 2023 adalah Rp50 ribu per orang. Kita juga bisa memilih paket terusan Candi Prambanan dan Borobudur, Candi Prambanan dan Ratu Boko, dan Candi prambanan dan Plaosan.

Namun, kami memilih untuk hanya ke Candi Prambanan saja, mengingat candi ini sangat luas dan banyak area yang bisa dijelajahi, sehingga kami merasa tidak cukup energi jika ingin mengambil tiket terusan.

Sejarah Candi Prambanan

Candi bercoarak Hindu ini namanya sudah santer hinga ke mancanegara, dan diakji oleh UNESCO sebagai warisan cagar budaya dunia.

Selain kisah Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso yang melegenda, Candi Prambanan juga memiliki sejarah masa lampau yang sayang jika tidak diketahui. Candi ini berdiri pada sekitar abad ke-9 Masehi (850 Masehi).

Candi Prambanan

Dalam isi prasasti Siwagraha, Candi Prambanan dibangun oleh Raja keenam Kerajaan Mataram Kuno yaitu Rakai Pikatan guna memuliakan Dewa Siwa. Hal ini juga terlihat dari keberadaan Arca Siwa Mahadwa yang gagah berdiri denan tinggi 3 meter di bangunan utama.

Selanjutnya, Candi Prambanan terus disempurnakan oleh raja-raja setelahnya, seperti Raja Lokapala, Raja Balitung, Sambu, dan Raja-raja Medang Mataram. Oleh karena itu jumlah candi mencapai ratusan.

Menutur para sejarawan, Candi Prambanan dimanfaatkan sebagai lokasi untuk upacara kerajaan juga tempat berkumpulnya Brahmana dalam mempelajari kitab Weda.

Seiring berjalanannya waktu,  Candi Prambanan terlantar, terabaikan, dan hilang. Hal ini tak lepas dari dipindahkannya ibukota aibat letusan besar Gunung Merapi sekitar tahun 930. Candi ini ditemukan kembali oleh CA. Lons dari Belanda pada tahun 1733, dan terus mengalami pemugaran.

Ada ratusan candi di kompleks Candi Prambanan. Terdiri dari 3 Candi Trimurti yaitu Candi Siwa, Wisnu, dan Brahma. Tiga Candi Wahana yaitu Candi Nandi, Garuda, dan Wangsa. Dua Candi Apit yaitu antara Candi Trimurti dan Wahana. Empat Candi Kelir yaitu empat penjuru mata angin di balik pintu masuk. Empat Candi Patok yaitu empat sudut halaman dalam. Kemudian 224 Candi Perwara, empat barisan konsentris candi 44, 52, 60, dan 68.

Dari 224 candi tersebu, sekarang ini diperkirakan tersisa hanya 18 candi yaitu 8 candi utama, 8 candi kecil, dan dua candi perwara.

Pada relief di Candi Prambanan juga menceritakan kisah yang tak asing di telinga yaitu kisah Ramayanan. Penculikan istri Rama yaitu Shinta oleh Rahwana.

Legenda Roro Jonggrang

Legenda Roro Jonggorang adalah dongeng yang berkembang dari cerita-cerita rakyat, yang menjelaskan asal muasal keraton Ratu Baka, Candi Sewu, dan Arca Durga di candi utama Prambanan.

Legenda ini ditafsirkan sebagai ingatan kolektif samar-samar masyarakat setempat akan peristiwa masa lampau, yaitu perebutan kekuasaan di antara Wangsa Sailendra dan Sanjaya. Prabu Baka bisa jadi dimaksudkan untuk Raja Samaratungga, Rakai Pikatan sebagai Bandung Bondowosa, dan Pramodhawardhani sebagai Roro Jonggrang.

Peristiwa sesungguhnya yaitu pertempuran Balaputradwa melawan Pramodawardhani yang dibantu oleh sang suami yaitu Rakai Pikatan.

Dongeng atau cerita rakyat tentang Roro Jonggrang yaitu bermula dari Kerjaaan pengging dana Kerajaan Baka. Kerajaan tersebut adalah kerajaan yang bertetangga. Kerajaan Pengging dipimpin oleh Prabu Damar Maya yang memiliki anak Bandung Bondowoso.

Kerajaan Baka dipimpin oleh Prabu Baka dari bangsa raksasa. Prabu Baka memiliki seorang putri bernama Roro Jonggrang.

Prabu Baka menyerukan perang kepada Kerajaan Pengging untuk memperluas kerajaan. Pertempuran pun terjadi. Bandung Bondowoso yang dikirim oleh Prabu Damar Maya berhasil mengalahkan dan membunuh Prabu Baka.

Saat Bandung Bondowoso masuk ke Kraton Baka, ia bertemu denga Roro Jonggrang dan terpikat akan kecantikannya, dan memutuskan untuk memperistri Roro Jonggrang.

Roro Jonggrang menolak permintaan Bandung Bondowoso, karena bagaimanapun Bandung Bondowoso adalah pembunuh ayahnya.

Tak menyerah, Bandung Bondowosan terus membujuk Roro Jonggrang agar menjadi istrinya. Akhirnyya, Roro Jonggrang pun setuju dan mengajukan syarat yang sulit untuk dipenuhi, yaitu membuat sumur. Syarat kedua yaitu membuat seribu candi dalam waktu satu malam.

Dikisahkan Bandung Bondowoso adalah orang yang sakti, ia berhasil membuat sumur dan sempat terkubur di dalamnya akibat ulah Roro Jonggrang yang memerintahkan patih Gupala menutup dan menimbun sumur dengan batu. Namun, Bandung berhasil keluar karena kesaktiannya.

Dalam membuat seribu candi, Bandung Bondowoso dibantu oleh makhluk halus dan berhasil menyelesaikan 999 candi dan hampir menyelesaikan seribu candi. Roro Jonggrang pun berusaha menggagalkan usaha Bandung Bondowoso, ia membangunkan dayang-dayang istana dan perempuan desa agar menumbuk padi, dan membakar gundukan jerami di sisi timur untuk membuat ilusi fajar telah terbit.

Para makhluk halus pun kembali bersembunyi sebelum menyelesaikan candi ke seribu dan Bandung Bondowoso gagal memlbuat seribu candi. ia mengetahui jika kegagalannya disebabkan oleh tipu daya Roro Jonggrang.

Bandung Bondowoso pun murka dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi candi ke seribu.

Menurut cerita rakyat inu, situs Ratu Baka adalah istinan prabu Baka. Sebanyak 999 candi yang tidak selesai adalah Candi Sewu, dan arca Durga di candi utama Prambanan adalah Roro Jonggrang yang dikutuk.

Sayangnya, sekarang kita tidak boleh masuk ke bagian dalam candi untuk melihat isi di dalam candi untuk menjaga pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19. 

Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Candi Prambanan

Bagi wisatawan, selain belajar sejarah, foto-foto dan membuat video menjadi agenda yang tidak dapat ditinggalkan. Ada banyak spot foto di Candi Prambanan. Tapi spot yang kusukai yaitu yang menampakkan keseluruhan candi.

Letaknya sebelum masuk ke area candi-candi utama, ada banyak tumpukan-tumpukan batu di lokasi tersebut. Dari sini terlihat megahnya Candi Prambanan.

Foto wisuda di Candi Prambanan

Berpose di depan Candi Prambanan

Keluar dari area Candi Prambanan, akan masuk ke area taman bermain. Ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan seperti bermain hoverboard, sepeda, scooter, dan lain-lain. Semua itu bisa disewa.

Selain itu juga bisa berkunjung ke Museum Prambanan, Candi Lumbung, Candi Bubrah, Candi Sewu.

Di Kompleks Prambanan ini juga ada Kandang Rusa, sehingga pengunjung bisa menikmati waktu bersama keluarga dan orang-orang tersayang sembari mengenalkan salah satu satwa dan memberi makan secara langsung.

Ada beberapa restoran juga yang tersedian, gelato, dan lain-lain. Jika terus berjalan menuju pintu keluar kita akan melewati kios makanan. Ada banyak ibu-ibu yang memanggil-manggil untuk mampir di kiosnya.

Kios makanan di Prambanan

Aku, Rani, dan Asna memutuskan untuk singgah sejenak di salah satu kios makanan memesan es degan, Pop Mie, dan mi ayam.

Dari sini, kita akan melewati kios souvenir. Seperti pasar dari ujung ke ujung, lorong ke lorong banyak pedagang menawarkan produk-produk khas Jogja, mulai dari kaos, daster, pakaian bapak-bapak, anak-anak, dan lain-lain semua tersedia.

Harganya juga murah-murah, di antara semua lokasi oleh-oleh di Jogja yang pernah kukunjungi, di Candi Prambanan lah yang menurutku paling murah. Gantungan kunci satu buah seharga Rp1.000 bahkan bisa dapat bonus jika beli banyak.

Kios souvenir Prambanan

Oleh-oleh Prambanan

Berbelanja baju di Prambanan

Tas-tas rajut juga dibanderol dengan harga yang jauh lebih murah, tergantung bagaimana kita menawarnya. Jangan berfokus hanya pada satu tempat, dengan produk yang sama kita bisa mendapatkan harga yang jauh berbeda bahkan untuk kios di sebelahnya.

Jika ingin berburu oleh-oleh, kios di Candi Prambanan sangat aku rekomendasikan.

Cerita di Prambanan hari itu, kami tutup dengan makan siang di Kedai Ayam Goreng Olive di seberang jalan. Cerita selanjutnya, masih di hari yang sama tentang Keliling Jogja seharian part 3. 

Jangan bosan-bosan membaca ceritaku ya.



Saturday, February 11, 2023

Keliling Yogyakarta dalam 1 Hari Part 1

Alun-alun Kidul Jogja

Akhirnya aku berkesempatan lagi mengunjungi Kota Yogyakarta atau kerap disingkat menjadi Jogja, YK, dan DIY. Kali ini merupakan rangkaian dari family gathering Anak Ibu Keponakan yang sebelumnya dilakukan di Kota Malang, Jawa Timur.

Baca Juga: Santerra de Laponte

Perbedaan dari sebelumnya, keliling Jogja ini yaitu bersama Anak Ibu Keponakan (tanpa ibu). Aku berangkat dari Kota Solo menggunakan KRL, kakakku Asna dan sepupuku Rani berangkat dari Ponorogo mengendarai sepeda motor, dan kami berjanji untuk bertemu di Jogja.

Meskipun Rani kuliah di Jogja tetapi ia tinggal di asrama kampusnya, jadi karena tidak ada saudara atau teman untuk menginap gratis, kami memilih salah satu penginapan yang lokasinya tidak jauh dari pusat kota.

Kami pun menyewa satu sepeda motor di sekitar kampus Rani. Lumayan sangat murah, barangkali karena sewa sepeda motor ini khusus mahasiswa jadi kami bisa mendapatkan harga miring. Sebelumnya, aku pernah menyewa sepeda motor dengan harga Rp75 ribu per hari. Namun, di penyewaan ini hanya sekitar Rp40 atau Rp50 ribu per harinya.

Nama tempatnya adalah Sri Rental Montor Khusus Mahasiswa yang berada di Sumberan RT 10 Ngestiharjo, Kasihan, Bantul (0856 4334 8118/0851 5616 0240). Cukup menyerahkan dua tanda pengenal sudah bisa menyewa sepeda motor di sini. Namun, aku tidak memastikan apakah bisa disewa oleh wisatawan atau tidak, barangkali jika Kamu mahasiswa bisa coba untuk menanyakannya terlebih dahulu, tetapi jaraknya agak jauh dari Stasiun Yogyakarta.

Baca Juga: Tips Sewa Sepeda Motor

Aku sampai di Jogja hampir pukul 5 sore, dijemput oleh Rani dan langsung merental sepeda motor, kemudian menuju ke penginapan.

Alun-alun Kidul (Alkid) Yogyakarta

Awalnya aku bingung karena Rani dan Asna menyebut-nyebut Alkid, Alkid, dan Alkid. Sependengaran dan sepenangkapanku bukan Alkid tapi all kid. Ternyata Alkid adalah singkatan dari Alun-alun Kidul. Maafkan aku yang norak ini.

Alun-alun Kidul adalah halaman belakang Keraton Yogyakarta, berupa tanah lapang luas berpasir yang ditumbuhi rerumputan dengan luas sekitar 160 m x 160 m. Di sekeliling alun-alun terdapat pagar tembok batu yang tingginya 2,2 m.

Tidak mau kehilangan momen di Jogja, setelah maghrib kami langsung beranjak dan menuju ke Alun-alun Kidul. Saat itu adalah akhir pekan dan masih minggu pertama di bulan Januari. Jalanan sangat padat dengan masyarakat, aku pun tidak tahu apakah itu wisatawan luar daerah atau warga lokal. Semuanya terlihat sama.

Pelan tapi pasti, kami mencari tempat parkir paling strategis dan kosong, banyaknya manusia di Alun-alun Kidul sempat membuat kami kesulitan mendapatkan tempat untuk parkir. Namun, usaha tentu berbuahkan hasil Kawan.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan di Alun-alun Kidul, terutama kulineran. Rani sudah mengincar pokat kocok sedari sebelum berangkat tadi. Harga-harga jajanan di Alun-alun Kidul juga tidak jauh berbeda dari pusat-pusat keramaian serupa.

Sebelum mencari lokasi sempurna untuk duduk, kami terlebih dahulu berburu makanan dan minuman sebagai teman bersantai nanti. Selain pokat kocok, kami membeli baby crabs, telur gulung, dan lain-lain.

Kulineran di Alun-alun Kidul Jogja

Puas berburu kuliner, kamu menuju tanah lapang dan mencari lokasi paling enak untuk duduk. Sangat banyak orang di lapangan tersebut, duduk beralaskan rumput sembari bercengkerama menikmati makanan ringan atau sekadar mengobrol saja.

Anak Ibu Keponakan (tanpa ibu) family

Di tanah lapang ini ada sepasang pohon beringin yang sangat besar dan tua. Konon katanya, jika berhasil lewat di antara dua pohon beringin tersebut dari jarak 20 meter dengan menutup mata maka itu adalah manusia berhati bersih dan lurus. Nama permainan ini adalah masangin. Tapi aku tidak ingin mencobanya.

Mengeliling tanah lapang di Alun-alun Kidul ini ada banyak sekali odong-odong dan sepeda tandem dengan lampunya kelap-kelip berwarna-warni. Selain hanya duduk di tanah lapang, sepertinya gowes dengan kendaraan tersebut bisa menjadi cara menyenangkan untuk menghabiskan waktu. 

Malioboro Yogyakarta

Puas menikmati di Alun-alun Kidul Jogja, kami memutuskan untuk berkunjung ke destinasi yang sangat populer di Kota Yogyakarta. Apalagi kalau bukan Malioboro. 

Biasanya, aku jalan-jalan ke Malioboro selalu jalan kaki dari Stasiun Yogyakarta hingga ke Titik Nol KM, kemudian ke Jalan Pangurakan, lalu ke Alun-alun Utara. Namun, karena mengendarai sepeda motor, kami sangat bingung di mana harus memarkirkan kendaraan, bahkan harus berputar-putar tak tentu arah saking tidak tahunya, dan melewati Titik 0 KM Yogyakarta bahkan sampai dua kali.

Itulah akibat dari menyepelekan kata pepatah Malu Bertanya Sesat di Jalan. Akhirnya kami mendapatkan lokasi parkir di depan Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta tak jauh dari Jalan Pangurakan. Padahal jika jeli ada banyak lokasi parkir yang bisa menjadi pilihan.

Sayang sekali, malam itu Jogja sedang sedih. Tetesan-tetesan air dari langit turun ke bumi, gerimis hingga deras dan membuat orang-orang berlarian mencari tempat berteduh. Pun kami, menunggu hujan reda cukup lama dan tidak bisa mengeksplorasi Malioboro secara utuh.

Memang benar lirik lagu Adhitia Sofyan berjudul Sesuatu di Jogja. "Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja". Ada saja cerita menarik di Kota Pelajar ini.

Lama menunggu hujan yang tak kunjung reda hingga hampir tengah malam. Kami pun menembus hujan. Besoknya masih ada destinasi yang akan kami kunjungi. Sepatu hanya satu dan kuputuskan untuk memasukkannya ke dalam bagasi sepeda motor dan nyeker sepanjang perjalanan kembali ke penginapan.

Sampai jumpa di ceritaku selanjutnya, masih tentang Jogja. Part 2!

Sunday, January 29, 2023

Cara Naik Bus Trans Kota (BST) Solo

Cara membedakan koridor BST Solo

Beberapa orang mungkin sudah tahu bagaimana cara naik bus trans kota. Biasanya, di kota-kota, pemerintah setempat menyediakan transportasi umum untuk masyarakat yaitu bus trans kota.

Setiap kota memiliki nama berbeda-beda untuk bus yang juga sering disebut dengan bus Tayo ini. Seperti di Kota Pekanbaru yang disebut Trans Metro Pekanbaru (TMP), di Yogyakarta disebut Bus Trans Jogja, dan di Kota Solo disebut Bus Batik Solo Trans (BST).

Aku pun demikian, di Kota Pekanbaru aku bisa menghitung jari berapa kali aku sudah naik TMP. Hal ini dikarenakan aku memiliki kendaraan pribadi yaitu sepeda motor. Naik TMP hanya untuk ingin tahu caranya.

Berbeda ketika aku melanjutkan pendidikan di Kota Surakarta alias Kota Solo. Aku tidak memiliki kendaraan pribadi, sehingga mau tidak mau, aku harus mengandalkan transportasi umum setempat yaitu bus trans kota BST.

Kelebihan dari bus trans kota ini adalah, sejauh manapun kita berkeliling kota, biayanya akan tetap sama. Di Pekanbaru dulu, masih menggunakan karcis setiap naik ke TMP, sehingga ketika pindah bus bisa menunjukkan karcis tersebut agar tidak membayar lagi.

Zaman terus berkembang, ketika aku di Solo, pembayaran BST sudah tidak menggunakan uang cash, melainkan menggunakan uang elektronik, baik berupa kartu uang elektronik, ataupun pembayaran menggunakan QRIS.

Aku ingin sedikit berbagi pengalaman tentang cara naik bus trans kota, khususnya cara naik BST Solo. Menurutku setiap kota tidak akan jauh berbeda bagaimana caranya.

Saat pertama kali datang ke Solo, aku harus mencari tahu cara termurah untuk dapat pergi ke mana-mana. Memanfaatkan aplikasi ojek online (ojol) memang pilihan yang bagus. Namun, jika dibandingkan dengan transportasi umum, ojol tanpa voucher tetap memakan biaya yang lebih besar.

Oleh karena itu, aku terlebih dahulu belajar naik BST Solo dengan teman kos ku Fita. Meskipun kita sempat salah naik bus waktu itu, tetapi hal tersebut membuat aku belajar banyak hal untuk meminimalisir nyasar di kemudian hari.

Aku menyadari tidak semua orang tahu cara menggunakan transportasi umum. Awalnya juga ragu, tapi lama-kelamaan naik transportasi umum menjadi keseharian yang sulit untuk dipisahkan. Aku juga ingin berbagi pengalamanku, mana tahu teman-teman berkunjung ke Solo atau ke kota lain dan ingin menggunakan transportasi umum seperti bus trans, busway, atau BST.

Cara naik BST Solo, yang paling mudah adalah dengan mengajak teman yang sudah pernah naik BST sebelumnya. Ini bukan bercanda kawan, ilmu ini lebih mudah diterapkan. Tapi jika Kamu tidak punya teman, cukup baca tulisan ini sampai selesai.

Mula-mula, tentukan arah kemana akan pergi. Misalkan pergi dari Kantor Kecamatan Jebres menuju Stasiun Solo Balapan. Cek terlebih dahulu BST koridor berapa yang menuju tujuan akhir kita. Caranya buka Google Maps, lalu ketik tujuan Stasiun Solo Balapan.

cara naik BST

Di Google Maps ada beberapa pilihan, dengan kendaraan mobil, sepeda motor, bus, dan jalan kaki. Klik ikon bus, akan ada rekomendasi rute yang bisa dipilih. Silahkan ikuti rekomendasi tersebut.

Cara naik BST

Di Google Maps akan menyarankan koridor berapa yang bisa pilih dan lokasi halte untuk berganti bus. Jangan lupa perhatikan setiap BST yang melintas, pastikan nama koridor sudah sesuai. Jika BST, di bagian depan ada tertulis K1, K2, K3, K4, dan seterusnya.

Jika ragu, sebelum naik tanyakan kepada driver apakah akan menuju lokasi tujuan atau tidak. Ingat, malu bertanya sesat di jalan.

Hal yang menjadi pengetahuan umum, menunggu tentu saja di halte. Biasanya pemerintah setempat menyediakan banyak halte di tepi-tepi jalan raya. Ada yang berukuran besar dan memiliki banyak tempat duduk, ada juga yang hanya berupa undakan tangga mengarah ke jalan. BST Solo tentu tidak bisa berhenti sembarangan dan hanya mengambil dan menurunkan penumpang di halte-halte.

Biasanya bus akan datang paling lama 15 menit. Itu waktu terlamaku menunggu BST di halte, sering kali BST datang lebih cepat dari waktu tersebut, bahkan pernah saat baru menunggu BST sudah tiba.

BST Solo pasti berhenti di setiap halte, kemudian langsung masuk melalui pintu depan. Tepat setelah pintu masuk akan ada alat untuk tapping kartu uang elektronik dan sebuah kode QRIS, sehingga penumpang bisa memilih pembayaran dari dua metode yang tersedia.

Untuk BST, sangat disarankan menggunakan pembayaran dengan QRIS. Sebelumnya, Pemerintah Kota Solo memberikan tarif gratis kepada masyarakat yang menggunakan BST sebagai transportasi dengan syarat menggunakan kartu uang elektronik.

Namun, di awal tahun 2023 ini, pembayaran kembali diberlakukan. Masyarakat bisa tetap menggunakan kartu uang elektronik (e-money, brizzi, flazz, dan lain-lain), di mana setiap kali naik harus tap dan membayar Rp3.700 (khusus Kota Solo).

Sayangnya, kartu uang elektronik ini tidak memiliki bukti pembayaran yang sudah dilakukan. Sehingga, ketika transit atau hendak berpindah bus, harus melakukan tap sekali lagi dan uang akan terambil kembali.

Oleh karena itu QRIS menjadi solusi terbaik ketika naik BST. Pembayaran menggunakan QRIS, baik melalui Gopay, Shopeepay, dan e-wallet lainnya akan ada bukti pembayaran. Bukti ini bisa ditunjukkan kepada driver BST, sehingga ketika transit tidak perlu membayar lagi. Pembayaran dengan QRIS ini berlaku selama 1 jam sejak scan pembayaran dilakukan.

Driver akan BST mengecek bukti pembayaran yang ditunjukkan untuk memastikan penumpang tidak menggunakan bukti pembayaran yang tidak sah, yaitu dengan mengecek waktu pembayaran dilakukan.

Demikian cara naik bus trans dan cara naik BST Solo. Cukup mudah bukan?

Selain cara tersebut, juga bisa mengunduh aplikasi Teman Bus. Di aplikasi tersebut, bisa juga melihat peta jaringan bus setiap kota untuk mengetahui jalur-jalur yang dilewati oleh bus.

Namun, aplikasi Teman Bus sepertinya masih harus diperbaharui. Menurutku menggunakan Google Maps untuk melihat rute koridor-koridor bus lebih mudah dibandingkan di aplikasi Teman Bus langsung. 

Friday, January 27, 2023

Wisata Solo: Museum Suaka Budaya Keraton Kasunanan Surakarta

 

Sasana Sewaka Keraton Solo

Ada beragam wisata di Kota Surakarta atau Kota Solo. Salah satu yang terkenal yaitu Keraton Solo atau Keraton Kasunanan Surakarta yang berada di pusat Kota Solo.

Keraton Solo ini berada di Jalan Kamandungan, Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Sebelumnya, aku pernah ke Keraton Solo dan sangat penasaran dengan isi di dalamnya. Namun, pada saat itu aku hanya berfoto-foto di depan keraton dan berkeliling dengan sepeda motor di luar area keraton.

Ternyata, aku Kembali berkesempatan menyambangi Keraton Solo lagi, dan kali ini aku bersama kakakku Asna mengunjungi Museum Suaka Budaya Keraton Kasunanan Surakarta yang menyimpan beragam koleksi bang peninggalan Kasununan Surakarta.

Dari depan keraton ada tanda yang menunjukkan lokasi pembelian tiket masuk ke museum. Kemudian, setelah memarkirkan sepeda motor ke tempat yang aman, kami pun mengantre bersama warga lainnya untuk membeli tiket.

Harga tiket masuk Museum Suaka Budaya Keraton Kasunanan Surakarta yaitu Rp15 ribu per orang. Setelah itu akan ada seorang pemandu yang menemani perjalanan keliling museum Keraton Solo. Keraton Solo buka setiap hari pukul 09.00 - 14.00 WIB kecuali hari Jumat.

Setelah membeli tiket, kita akan ditemani dengan seorang pemandu yang siap membawa berkeliling di lokasi-lokasi keraton yang boleh dikunjungi.

Saat itu pemandu kami adalah Bapak Setiabudi, ia menyilahkan kami dan orang-orang dalam satu rombongan yang sama sekali tak kukenal untuk mengikutinya.

Selama tur bersama dengan pemandu, kami harus mengikuti arahan dari pemandu baik ketika hendak memotret ataupun lainnya.

Pertama, Pak Setiabudi membawa kami ke lokasi Sasana Sewaka yaitu pendopo di Keraton Solo. Kami hanya boleh melihat dari jarak yang sudah ditentukan. Pendopo ini memiliki arsitektur perpaduan antara Eropa dan Jawa. Terlihat dari patung-patung putih khas Italia serta lampu gantung bertutup kain kuning yang hanya dibuka saat ada acara saja.

Foto di depan pendopo Keraton Solo

Masuk ke lokasi tersebut, harus mengenakan pakaian yang sopan. Bagi pengunjung perempuan dilarang memakari celana, jika memakai celana kita akan dipinjami kain yang dapat diikatkan dipinggang menyerupai sarung.

Selain itu, pengunjung juga dilarang menggunakan alas kaki kecuali sepatu. Kata Pak Setiabudi lagi, hal sudah menjadi aturan dari keraton. Namun, jika sudah terlanjur memakai alas kaki yang tidak diizinkan, maka bisa tetap masuk dengan ketentuan tanpa alas kaki alias nyeker. Sandal bisa dititipkan di pintu masuk. Hal ini dilakukan demi sopan santun ketika memasuki area Keraton Solo.

Ada sangat banyak pohon sawo kecik di halaman pendopo. Pak Setiabudi menjelaskan makna-makna dari pohon-pohon tersebut. Selain itu, katanya juga, halaman pendopo yang ditumbuhi pohon tersebut memiliki pasir yang berasal dari pantai selatan dan Gunung Merapi.

Di sebelah kanan pendopo terdapat menara yang diberi nama Menara Panggung Songgo Buwono. Menara ini merupakan tempat pertemuan antaa raja dengan Kanjeng Ratu Kidul.

Tak lupa, Pak Setiabudi menjelaskan, bahwa Kanjeng Ratu Kidul berbeda dengan Nyai Roro Kidul. Dikatakannya, Kanjeng Ratu Kidul merupakan ratu, sedangkan Nyai Roro Kidul hanyalah abdi dari Kanjeng Ratu Kidul.

Ada banyak hal mistis di Keraton Solo. Pak Setiabudi mengingatkan untuk tetap menjaga tata krama dan sopan santun ketika berkunjung ke Keraton Solo. Boleh untuk tidak percaya tapi diharapkan tetap dapat menghormati apa yang sudah menjadi aturan di Keraton Solo.

Pak Setiabudi juga melarang pengunjung meludah sembarangan. Hanya ada satu tempat dimana pengunjung boleh berfoto, yaitu tepat di depan Pendopo Sasanan Sewaka.

Setelah mendengarkan penjelasan panjang lebar dari Pak Setiabudi, kami diajak keluar, dan kami pun mengembalikan kain yang dipinjamkan sebelum masuk tadi.

Tour selanjutnya, yaitu berkeliling Museum Keraton Solo. Di ruangan pertama, terdapat lukisan para raja Solo pada masanya. Aku mendengarkan dengan seksama sambil sesekali melihat benda-benda yang dipajang dengan rapi.

Berlanjut ke ruang-ruang berikutnya, beragam peninggalan keraton dipajang, baik itu senjata, porselen, alat makan, kereta-kereta kencana, gong, hingga arca-arca yang bentuknya mirip seperti di candi.

Kemudian, di beberapa ruangan juga terdapat relief-relief yang menggambarkan suatu tradisi yang pernah dilakukan di Keraton Solo, seperti tradisi pernikahan, wayang, dan lain-lain.

Beberapa kali, Pak Setiabudi menyuruh kami berfoto di tempat yang sudah ditentukan. Ia juga siap memotretkan menggunakan gawai pengunjung. Hanya saja aku terlihat jelek di foto-foto yang diambilnya. Bukan, bukan Pak Setiabudi yang tak pandai mengambil gambar, akunya saja yang tidak Photoable.

Setelah selesai berkeliling dan berfoto di tempat yang diperbolehkan, kami diantar ke dekat pintu masuk. Beberapa pengunjung, memilih langsung keluar, beberapa lainnya berjalan-jalan di teras museum, sembari menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus meniup daun-daun pohon beringin di halaman museum.

foto di salah satu sudut museum Keraton Solo


 

Friday, January 20, 2023

Liburan Akhir Tahun di Malang: Santerra de Laponte

Santerra de Laponte, Malang

Tahun 2022 adalah tahun yang sangat berkesan. Mengakhiri tahun tersebut aku berwisata keluarga Bersama bulek, kakak, dan sepupuku di Kota Malang, tepatnya di Taman Flora Wisata Santerra de Laponte, Batu, Malang.

Taman Flora Wisata Santerra de Laponte merupakan destinasi wisata yang menonjolkan keindahan beragam dari ratusan tanaman bunga, serta bangunan-bangunan bertemakan Eropa dan Korea Selatan.

Santerra de Laponte, Malang

Sebelum ke Malang, aku, bulek, dan sepupuku berangkat dari Kota Ponorogo pada tanggal 31 dini hari ke Kota Madiun kemudian naik kereta api dari Stasiun Madiun ke Stasiun Malang.

Perlu waktu sekitar 5 jam lamanya menempuh perjalanan. Saat kami sampai di sana, kami disambut dengan hangatnya Mentari pagi Malang yang tersenyum ceria. Setelah itu, kami pun menuju tempat tinggal kakakku di Kota Malang.

Baca Juga: Tips Sewa Motor di Kota Malang

Kami berangkat ke Batu sekitar pukul 10.30 WIB. Kota Malang yang sejuk menampik panasnya matahari yang bersinar. Hujan bulan Desember juga turun dengan malas dan sangat labil. Beberapa saat hujan, kemudian berhenti, panas lagi, hujan lagi, begitu seterusnya.

Sepanjang perjalanan, kami kerap berhenti sementara untuk menunggu hujan reda dan cuaca kembali bersahabat untuk menempuh perjalanan.

Kota Batu berada di lereng pegunungan yang diapit oleh beberapa gunung seperti Gunung Panderman, Gunung Arjuno, dan Gunung Anjasmoro. Tak heran, meskipun Kota Malang sudah cukup sejuk menurutku, di Kota Batu lebih sejuk. Jadi jangan lupa bawa pakaian hangat jika berkunjung ke Kota Batu.

Seperti akhir tahun pada umumnya, alias high season, jalanan menuju Wisata Taman Flora Santerra cukup ramai. Apalagi saat sudah masuk ke area wisata.

Ratusan kendaraan mengantre untuk masuk, mulai dari sepeda motor hingga kendaraan roda empat.

Saat berhasil mengambil karcis parkir dan memarkirkan kendaraan dengan baik, kamu langsung menaiki anak tangga yang di atasnya tertulus ucapan selamat datang di Wisata Taman Flora Santerra.

Suasana bulan Desember selalu identik dengan Natal, Sinterklas, pohon natal, serta pernak-pernik Natal. Tak heran hiasan-hiasan khas Natal menghiasi berbagai sisi saat memasuki area wisata.

Setelah masuk ke area rumah kaca dengan banyak tanaman-tanaman hijau yang rindang, kami terus masuk mengikuti jalanan yang dilalui oleh orang-orang, kemudian membeli tiket di loke penjualan.  Harga tiket Wisata Taman Flora Santerra Desember 2022 yaitu Rp35 ribu untuk orang dewasa.

Aku sudah menyiapkan kamera untuk mengabadikan momen, tetapi tiba-tiba Mba Is meminta untuk memasukkan kamera ke dalam tas, sembari menunjuk sebuah kertas yang ditempel menginformasikan jika membawa kamera maka akan dikenalan charge Rp50 ribu. Sayang sekali bukan?

Setelah berhasil melewati petugas pemeriksa tiket kami masuk ke rumah kaca selanjutnya. Rumah kaca tersebut memberikan suasana hangat di tengah dinginnya Kota Batu.

Ada banyak tanaman di berbagai sisi, di dalam pot, hinga yang menjuntai. Suasana ini mengingatkanku pada dekorasi bunga di sebuah pesta pernikahan.

Santerra de Laponte

Terus berjalan masuk, kita akan menemukan jalan keluar. Bukan, bukan langsung keluar dari Wisata Flora Santerra, tapi ke luar untuk menikmati fasilitas lainnya yang berkonsep outdoor.

Selain bunga-bunga asli yang ditanam dengan rapi dan indah juga ada sebuah jalan menyerupai gang-gang yang sering kulihat di drama Korea. Bagaimana tidak, tulisan-tulisan ditulis dengan aksara Korea, yang aku pun tak paham apa maksud kata-kata tersebut.

Santerra de Laponte

Ada banyak pasangan muda-mudi yang menyewa pakaian khas Korea Selatan dan berfoto di Wisata Taman Flora Santerra ini.

Di sekeliling Wista Taman Flora Santerra juga banyak bangunan khas Eropa yang berwarna-warni, tapi ini tentu hanya hiasan yang tidak bisa dimasuki, hanya bisa dimanfaatkan untuk berfoto mengabadikan momen.

Santerra de Laponte

Spot-spot lain yang bisa dikunjungi di Wisata Taman Flora Santerra yang lain yaitu pemandangan bunga-bunga yang indah, pemandangan pegununangan yang ciamik, dan lain-lain.

Santerra de Laponte

Selain itu, juga ada wahana-wahana permainan yang dapat dinikmati, seperti perosotan Pelangi (rainbow slide), virtual reality, scooter listrik, perahu putar, mini outbound, trampoline, istana balon, mini flying fox, house of terror, mobil golf, cinema 7D, ontang-anting, robot elctrict, komedi putar, hingga bombom car.

Jadi kalau lelah berjalan kaki bisa naik mobil golf dan berkeliling di Wisata Taman Flora Santerra. Fasilitas lainnya juga lengkap, baik itu musala, tempat makan, dan lain-lain. Sediakan saja uang yang cukup untuk dapat bersenang-senang Bersama orang-orang tersayang.

Kalau kami, aku, Rani, Mba Asna, dan Mba Is hanya berjalan-jalan, foto, dan makan-makan, kemudian pulang.

Taman Wisata Flora Santerra de Laponte sangat cocok sekali untuk para pencinta tanaman. Kita juga boleh membeli beberapa tanaman yang sudah disediakan, ada banyak variasi yang bisa dipilih. Pasalnya, saat henda ke luar dari area, kita akan masuk ke rumah kaca yang lain.

Di rumah kaca ini, dipajang beragam tanaman hias kesukaan ibu-ibu. Tinggal pilih saja dan bisa langsung dibayar dan dibawa pulang. Bagaimana? Berminat ke Wisata Taman Flora Santerra de Laponte? Cocok sekali untuk wisata keluarga.