Wednesday, March 14, 2018

Memendam atau Mengungkapkan: Catatan Sang Pengagum yang Pengecut


Jatuh cinta adalah naluri setiap manusia yang pasti semua orang pernah merasakannya. Barangkali ada yang berkata jika tak pernah jatuh cinta, tapi pada dasarnya manusia jatuh cinta berkali-kali, puluhan kali bahkan ratusan kali, hanya saja mereka tak mengakui atau tak menyadari, mereka lebih suka mendeskripsikan dengan kata suka.


Sama halnya dengan diriku, aku jatuh cinta dengan seseorang yang pernah kuceritakan padamu sebelumnya kawan. Tak perlu aku ceritakan lagi di sini. Dalam kisahku aku hanyalah seorang pengagum rahasia, menikmati keindahannya hanya dari jauh, melihat dan tersenyum saat ia melakukan hal apapun. Bukan aku tak mengenal dia bukan juga karena dia tak mengenal ku, kami saling mengenal, hanya saja tak punya kesempatan untuk sering melakukan kegiatan bersama.
Dia tak pernah tahu betapa aku menyukainya, dan aku bukan tipe perempuan yang memulai duluan suatu hubungan. Jadi dalam hal ini aku lebih suka menyebut namanya dalam do’a daripada mengungkapkan rasa, biarlah aku dan Tuhan yang tahu, bukankah kata orang kita harus mendekati dulu sang Pembolak-balik hati yang memiliki Dia seutuhnya.

Entah bagaimana caranya rahasia ini tak lagi aku dan Tuhan yang tahu, semua teman-temanku di organisasi pun tahu dan tak jarang aku menjadi bahan ledekan, barangkali karena aku yang terlalu ember atau karena tulisan yang aku tulis, yang pastin dua-duanya menjadi boomerang bagiku.
Ledekan itu mencapai puncaknya ketika orang yang kusuka membagikan foto perempuan cantik dan manis di instastorynya. Tak pelak temanku yang usil meng-schreenshoot (ss) foto tersebut dan membagikannya di grup whatsapp. Beragam komentar muncul memojokkanku dan menyalahkanku karena tak ligat, beberapa mendukungku dan memintaku bersabar untuk cobaan ini, aku tahu ini hanya candaan dan tertawa sekaligus sedih melihat kata-kata motivasi dan kata-kata menusuk yang mereka tuliskan.

“Wah sayang kali ni, Dia udah post cewek, @Nafi siapa yaa kira-kira?” Hanif muncul memulai permasalahan.

Hanif   :“Pandai Dia nyari yang manis uii, Nafi kurang lincah.” (njirr)

Muti    :“Udah lah Nafi cowok gak Cuma Dia, ngapalak harus ngemis2 buat sama dy.” (yang ngemis siapa ya, bilang aja gak berani apalagi ngemis)

Linda   :“Nafi jangan jadi pelakor ya, biarkan waktu yang menjawab sebelum janur kuning melengkung,” (selagi belum menjadi suami orang, apa salahnya Mbak?)

Desi     :“Ngerebut kan juga butuh perjuangan. Kita perjuangkan apa yang seharusnya menjadi milik kita kak,” (Asal bukan suami orang aja yang direbut dek)

Desi     :“Kami support kak, tenang!” (Makasih)

Angel  :“Saran aku yan Nafi, kejar aja teruus, kalau janur kuning udah melengkung, disetrika aja lagi, biar lurus lagi,” (Belum melengkung kok)

Muti    :“Jangan Pi, mengejar seseorang yang gak mau sama kamu itu perbuatan merugi. Bukankah Allah melarang kita mengerjakan sesuatu yang merugi wkwk. Udahlah, cari baru.” (Yakin kali kak Muti dia gak suka sama aku!)

Kiki       :“Kk Nafi dipoligami, sabar kak,” (tunggu dulu, ini lain cerita kayaknya)

Azizah :“Aaaah kak @Nafi innalillahi, sabar ya kak Naffee,” (always)

Hanif   :“Lebih menarik matras lagi dri Nafi,” (tapi lu pernah suka kan sma gw kan?)

Angel :“Nafi kan pengagum yang pengecut!” (Ini lu bunuh gw njel, nusuk banget)

Azizah :“Kak, yang paling penting itu mengungkapkan, yang penting lega mau dia stress karena kakak suka sama dia ya udah, biar aja. Kita liat takdir cinta kemana,” (what? sejelek itu  kah aku sampai dia stress kalo aku suka sama dia?)

Setiap orang punya cara tersendiri dalam mencintai. Ada yang mengungkapkannya dalam kata-kata ada yang menyebutnya dalam doa. Barangkali setiap orang punya cara yang berbeda.

Angel  : “Ya udah coba aja dengan cara tidak mengungkapkan, didoakan saja, terus kalau duluan sama orang, jangan nangis pulak, jangan sakit ati pulak, sampai mau rebut pacar orang pulak, belajarlah menerima kenyataan, meskipun pahit. Mana tau itu yang terbaik baginya.” (Makasih udah mau nerima cara pikir gw)

Jika dua orang ditakdirkan bersama maka dari sudut bumi manapun mereka pasti akan dipertemukan.

Jangan pernah beharap kepada manusia, masalah jodoh tak datangpun Dia mengetuk pintu rumahku, kedua orang tuaku pasti akan membukakan pintu buat orang yang namanya telah tertulis di lahul mahfuz.

Ketika kutanya langsung perihal ini kepada dia yang merupakan sumber aku dibully, ia hanya mengatakan itu bukan pacar apalagi calon pacar, tapi ia tidak mengelak ketika kutanyai apakah perempuan itu calon istrinya. Ia hanya mengatakan bahwa setiap wanita di dunia ini bisa menjadi calon istrinya.

Jodoh tidak ada yang tahu, hati kita bukan punya kita, yang kita punya Cuma pilihan untuk hidup kita. Jangan terlalu sering berharap tapi seringlah percaya. (ini yang ditulisnya untukku)
Previous Post
Next Post

0 komentar: