Monday, March 22, 2021

Camping Seru di Desa Wisata Siak Hulu

 

Desa Wisata Siak Hulu

Semua orang pasti setuju mengatakan jika Pekanbaru bukanlah tempat untuk berwisata alam. Setelah sekian lama tidak kemana-mana, baik alasan corona maupun alasan pekerjaan, setelah banyak drama wacana, akhirnya kami memutuskan untuk camping di Desa Wisata Siak Hulu. 

Meskipun namanya Desa Wisata Siak Hulu, dan ada kata Siaknya, bukan berarti desa ini berada di Kabupaten Siak, justru Desa Wisata Siak Hulu masih berada di Kabupaten Kampar, dan hanya berjarak sekitar 30 menit perjalanan dengan sepeda motor dari Kota Pekanbaru. 

Persiapan ke Desa Wisata Siak Hulu 

Karena ini adalah camping, tentu saja kita akan bermalam di sana. Sebelumnya, kami mencari tahu terlebih dahulu seperti apa situasi dan kondisi di tempat tujuan kami, sebelum akhirnya kami mengambil keputusan untuk istirahat sejenak dengan menghabiskan malam ditemani api unggun. 

Untuk persiapan ke Desa Wisata Siak Hulu tentu saja hal mendasar yang harus dibawa adalah tenda dan tetek bengek-nya. Kami berenam, aku, Sofi, Kiki, Laras, Ridho, dan Akmal memutuskan untuk menyewa berbagai perlengkapan berkemah. Ya kalau dipikir-pikir, kami memang tidak punya peralatan lengkap. 

Alat-alat yang kami sewa di antaranya adalah tenda, kompor, nesting, isi ulang gas, dan matras. Kami menyewa satu tenda kapasitas empat orang dan satu tenda kapasitas dua orang. Untuk matras kita menyewa tiga, karena Sofi sudah punya satu, dan aku punya matras lebar satu. 

Penempatannya, satu matras lebar, dan satu matras biasa untuk tenda kapasitas 4 orang, dua matras biasa untuk tenda kapasitas dua orang. Satu lagi untuk duduk-duduk depan tenda. 

Aku menyewa dari kenalan temanku anak Mapala. Bisa dicek di akun Instagram @roemahpetoealang.rentoutdoor yang bermarkas di Jalan Harapan Raya, Marpoyan, Pekanbaru. Berikut list alat-alat yang kami sewa. Ini hitungannya per hari ya. 

List sewa 1-2 desember 2020 Jumat - Sabtu

- 1 tenda kap4 x 35k = 35

- 1 tenda kap 2 x 30k= 30k

- 3 matras x 5k = 15

- 1 kompor x 10k = 10k

- 1 nesting x 15k = 15

- 1 isi ulang gas = 8k

- 1 carrier x 25k = 25k 

Total = Rp138.000 

Selain menyiapkan alat, tentu saja logistik juga harus disediakan. Kiki membawa beras secukupnya, dan Laras membawa piring serta sendok. Logistik lainnya seperti mi instan, telur, kopi sachet, dan ciki-ciki, serta satu kardus air mineral kemasan gelas. Tak lupa membawa lotion anti nyamuk untuk menghindari serangan nyamuk. 

Berangkat ke Desa Wisata Buluh Cina 

Kami berkumpul sekitar pukul 15.00 WIB, tingga membeli beberapa logistik sebelum ke sana. O ya, karena kami berangkatnya sore, jadi kami memutuskan untuk membeli nasi bungkus di perjalanan. 

Sedikit kuceritakan padamu Kawan, awalnya kami berniat untuk membeli nasi ampera yang sebungkusnya rata-rara Rp10 ribu. Tapi karena Akmal mengatakan, lebih baik beli di tempat yang tak jauh dari lokasi, akhirnya kami memutuskan menuruti perkataannya. 

Di sepanjang Jalan Pasir Putih, ada banyak sekali ampera-ampera yang kami lewati. Akmal menyarankan untuk membeli di salah satu rumah makan di jalan tersebut. Awalnya aku mengernyit, karena kenapa harus rumah makan, menurutku rumah makan harganya sedikit mahal dibandingkan ampera. 

Tapi karena sudah tidak terlihat lagi ampera, ya sudah kami beli di sana. Dan benar saja, kami harus merogoh kocek dua kali lipat dibandingkan jika beli di ampera. Habis lah Akmal kena bully setelah ini. 

Sampai di Desa Wisata Bulug Cina kami harus terlebih dahulu menyeberang menggunakan ponton, per motornya membayar per motor Rp5 ribu, kalau per orang Rp2 ribu. 

Di Desa Wisata Buluh Cina tepatnya di dekat danau yang ada gajahnya. Di pos kita diminta mengisi buku tamu, dan bayar seikhlasnya. Kata Akmal, kita memberikan Rp50 ribu untuk kita berenam, yah hitung-hitung uang keamanan, sama parkir.

Desa Wisata Buluh Cina 

Pertama kali sampai di sini yang terlihat adalah Danau Tanjung Putus, hutan yang asri, dan gajah. Pengunjung selain bisa camping, juga bisa naik gajah juga. 

Untuk fasilitas, di sini sangat lengkap, ada musala, dan kamar mandi, jadi meskipun camping ala-ala di hutan, tapi tetap nyaman. 

Kami camping agak ke seberang, dari gerbang masuk, belok kiri, ada jembatan kayu, terus lurus, kemudian ada tanah lapang, belok kanan. Di tempat ini ada beberapa gazebo yang disediakan di tepi danau.

Foto bareng saat baru sampai

Saat kami camping, juga ada rombongan lain yang  juga menghabiskan malam di lokasi tersebut pada waktu itu. 

Setelah mendirikan tenda, salat maghrib, dan membuat api unggun. Kami pun makan malam bersama dengan nasi bungkus yang telah dibeli sebelumnya. Tak lupa ditemani dengan kopi sachetan yang nikmatnya mengalahi kopi-kopi senja anak indie. 

Suara-suara monyet dan binatang malam membersamai kami malam itu. Tak lupa aku menghidupkan lagu-lagu dari speaker bluetooth yang telah kubawa. Pasti akan lebih indah jika bawa gitar dan bernyanyi ramai-ramai. 

Malam itu kami habiskan dengan bercanda tawa, curhat, sembari meminum kopi dan memakan jajanan yang kami bawa hingga malam semakin larut. 

Kiki, Sofi, Laras, Akmal, Ridho

Kiki, Sofi, Nafi, Laras

Ku beritahu Kawan, tidur di tenda sama sekali tidak enak, bisa dibilang aku tak bisa tidur, alias tidur-tidur ayam. Bahkan sebelum azan berkumandang pun aku sudah terbangun. 

Pagi-pagi berselimut sarung, aku sudah selesai mengitari danau sendirian, duduk santai memainkan gawai di pendopo dekat danau, sambil menunggu kawan-kawanku bangun dari tidur yang entah bagaimana mereka bisa sangat lelap. 

Setelah itu, beberapa dari mereka bangun, Kiki, Sofi, dan Akmal. Laras masih tidur, begitu juga dengan Ridho. Jangan mikir ngadi-ngadi ya, tentu saja di tenda yang berbeda. 

Pagi itu aku dan Akmal menaiki perahu yang disandarkan di tepi danau, bergantian dengan orang lain. Menyusuri danau dengan perahu. 

Naik perahu di pagi hari

Setelah itu, masak nasi dan mi instan yang dimasak sepenuh hati oleh Akmal. 

Sarapan pagi dengan mi instan dan telur

Morning breakfast

Duduk-duduk kembali dan bercerita sambil berkemas. Mencuci piring, membereskan tenda, membawa kembali sampah, serta memastikan api unggun benar-benar padam, baru kami meninggalkan tempat berkemah tersebut. 

Berkemah kami diakhiri dengan foto bersama sebelum pulang, lalu kami kembali ke dunia masing-masing yang membosankan.

Pulang: Akmal, Ridho, Kiki, Sofi, Laras, Nafi


Previous Post
Next Post

1 comment: