Thursday, November 9, 2017

Sekelumit Kisah Feels Like Two Years (Novel KKN)

Di suatu hari yang biasa-biasa saja, di tengah kesibukan memperingati hari guru yang jatuh pada tanggal 25 November 2017, datang sebuah pesan dari teman sesama Pers Mahasiswa (Persma) di WhatsApp.

Entah mengapa ia mengucapkan selamat dan sebuah schreenshoot pemenang lomba Novel Kuliah Kerja Nyata (PPL). Dalam ss tersebut, digarisbawahi dengan tanda merah nama seorang teman Ade, kuperhatikan sekali lagi, ternyata di atas nama Ulfa hafidzatunnisa ada nama ku, dan mataku bergeser ke arah kanan di sana tertulis FTK dan di sebelah kanan lagi tertulis “Juara 1”.


Serta merta aku langsung bersorak, antara percaya dan tidak percaya. Entah  bagaimana aku bisa menyabet juara satu, yang tak pernah terpikir olehku sebelumnya. Benar-benar jauh dari ekspektasi, aku tak pernah berharap setinggi itu.

Feels Like Two Years, sebuah tulisan yang aku tulis empat hari sebelum deadline. Memang aku sudah merencanakan untuk mengembalikan uang ku yang hangus dipakai untuk modal KKN, minimal separoh jadilah.

Awalnya aku memang berencana mengikuti kompetisi ini sejak awal sebelum dimulai KKN, rencana kan memang rencana, ketika di posko maunya sambil nulis. Tapi entah saking sibuk atau saking malasnya bukannya nulis malah asik nonton film-film di laptop temanku.
Special thanks buat teman-teman KKN yang banyak memberikan pencerahan, penguatan, motivasi kala hati sedang terpuruk menyesali takdir yang memilihku.
Terimakasih juga buat sahabatku yang selalu setia mendengar cerita keluh kesah selama KKN, tanpa kamu mungkin aku akan merana di negeri orang.

Berikut sekelumit kisah yang berhasil kutiliskan dalam bentuk novel yang tak seberapa ini. Download

Saat menulis kubaca tanggal terakhir penyerahan naskah. Di situ tertulis 31 September 2017, ku lihat di kalender ponsel ku, ternyata tanggal tersebut adalah hari sabtu. Sepanjang pengalamanku berurusan dengan pegawai UIN, sudah bisa dipastikan di hari itu kantor LPPM pasti libur. Aku chat panitia yang bersangkutan. Saat itu hari jumat pagi, panitia mengatakan bahwa hari terakhir pengumpulan tidak hari sabtu, melainkan hari jum’at. Dia mengatakan akan menunggu naskah dari peserta selambat-lambatnya pukul 16.30 WIB.

Langsung ku kerjakan dengan terburu-buru novel yang baru setengah jadi tersebut. Bagaimana tidak? Minimal peserta harus mengirimkan naskah minimal 50 halaman untuk sebuah novel, sementara aku masih butuh sekitar 20 halaman lagi untuk novelku. Oh Tuhan ini benar-benar membuatku stres. Tak mungkin aku menyia-nyiakan 40 halaman yang kukejar selama tiga hari ini. Dengan memutar otakku yang tak seberapa ini akhirnya aku bisa menyelesaikan novelku sebanyak 57 halaman kalau tidak salah.

Kembali ku cek persyaratan pengumpulan. Sampul warna biru, tulisan times new roman dan tetek bengeknya. Semua sudah rampung, beruntung aku sudah mendesain cover untuk novelku dua hari yang lalu. Tinggal print dan beres.

Sampul berwarna biru, bergambar aku dan tiga orang temanku yang tengah naik motor, barangkali makhluk jaman now mengatakan cabe-cabean tapi terserahlah. Aku tak peduli.

Alhamdulillah aku berhasil menyelesaikan novelku dan mengantarkannya ke LPPM tepat pukul 16.26 WIB ketika aku mengecek jamku. Masalah isi itu urusanku, masalah hasil itu urusan juri. Begitu batinku.
Previous Post
Next Post

0 komentar: