Tuesday, April 24, 2018

Thousand Story at School (part 2): Suka Duka Guru PPL




Menjadi guru magang atau guru Program Pengalaman Lapangan sudah pasti ada suka dukanya. Baik itu datang dari diri sendiri, murid, guru, kepsek bahkan tukang parkir sekalipun. Berjuta kisah selama PPL yang bisa diceritakan dan ditertawakan, kebiasaan-kebiasaan guru, kebiasaan siswa, hingga hafal jadwal kepsek dan pamong. Menjadi guru PPL bukanlah hal yang mudah dimana mahasiswa harus menerapkan teori yang sudah dipelajari di bangku kuliah yang dalam praktiknya sangat berbeda dari yang dipelajari. Seperti jika dibangku kuliah praktiknya adalah mahasiswa makan menjadi guru PPL siswa yang nyata yang dihadapi, bagaimana tingkah polah mereka di kelas, kenakalan mereka, kelucuan dan keluguan mereka bahkan betapa menyebalkan mereka kadang-kadang.

Grogi


Siapa sih yang gak grogi untuk pertama kalinya mengajar siswa. Biasanya yang diajar mahasiswa temen-temen sendiri, pasti rasanya berbeda. Berbagai pertanyaan seperti selalu terlintas di kepala sebelum PPL berlangsung. Gimana ya murid-muridnya? Nakal gak sih? Gimana kalau siswanya lebih pintar dari pada gurunya? Gimana kalau dikerjain sama siswanya?. Itu dia spekulasi-spekulasi yang muncul kala hendak melaksanakan PPL.

Datang ke Sekolah Setiap Hari


Ada atau tidak ada jam mengajar, guru PPL harus siap siaga berada di sekolah dari bel jam tujuh hingga lonceng pulang berdenting. Selalu siap menggantikan guru mata pelajaran apapun jika guru aslinya sedang berhalangan, meskipun mata pelajaran yang tidak diampunya sama sekali. Kadang dalam sehari kerjanya cuma bersih-bersih, duduk-duduk, dan tersenyum manis. Aku dapat jam pagi setiap hari, dari jam 7 sampai jam 8.20, sisanya yaaa.....

Kucing-kucingan dengan Kepala Sekolah


Nah kalau lagi tidak ada jam mengajar pagi, biasanya paling malas datang ke sekolah apalagi jam tujuh. Minggu pertama pasti rajin ke sekolah biar dapat nama di hadapan guru-guru dan kepsek. Kalau sudah hapal jadwal kepsek pasti mulai berani datang telat. Udah diperhitungkan matang-matang lewat mana masuk sekolah kalau telat, jam berapa kepsek tidak stand by di depan gerbang dan kapan kepsek tidak hadir. Selain itu pulang sebelum jam pulang, ini pasti ada yang jago dalam hal satu ini, aturan pulang jam empat tapi jam dua udah menghilang dari haribaannya. Agung dan Ujang paling jago dalam hal ini, selalu ada alasan dia datang terlambat, yang motornya rusak lah, bannya bocor lah, perbaiki apalah, kucingnya melahirkan lah. Kalau yang sering kabur ya si Een.

Dimarahin


Tentu iya dimarahin, apalagi kalau kucing-kucingan dengan kepala sekolah dan ketahuan, sering hilang pas dicari, ngerjain tugas dan nggak beres. Aku sendiri sering datang telat, pernah suatu ketika aku datang telat dan terciduk sama kepala sekolah, habis aku kena ceramah tujuh menit alias kultum. "Kalau guru saja datangnya telat, gimana siswany?" kata kepsek.

Kurang dihargai


Pertama karena status yang masih PPL alias magang. Selain itu ketika  memperkenalkan diri sebagai guru PPL yang biasanya memiliki bentuk wajah gak beda jauh sama siswanya apalagi yang ngajarnya di tingkat atas alias Sekolah Menengah Atas (SMA) untungnya aku di MTs. Siswa biasanya kurang menghargai guru yang terlihat sebaya dengan mereka. Selain itu biasanya mereka tahu kalau guru PPL itu tidak mudah marah dan mempunyai tingkat kesabaran setingkat provinsi. Mereka merasa leluasa melakukan hal apapun yang mereka sukai, seperi ribut di kelas, main saat belajar dan sebagainya. Bukan main habis suara mengajar di kelas, apalagi yang belakang ribut, belum lagi kalau menggantikan  guru di kelas lain, kelas VIII atau kelas IX.

Takut Memarahi Siswa


Sebagai newbie di dunia mengajar sudah menjadi naluri calon guru untuk bisa disayang siswa dan menjadi tempat cerita siswa, karena katanya guru yang baik adalah guru yang bisa dijadikan tempat curhat siswa. Oleh karena itu kalau memarahi siswa yang nakal dan kurang ajar, kebanyakan guru PPL sedikit segan karena takut dimusuhi dan menjadi bahan omongan siswa. “Barulah jadi guru PPL udah sok-sok an,” barangkali ini yang ditakutkan guru PPL.

Selalu Siap disuruh Apapun


Kalau masalah ini jangan ditanya lagi, bersih-bersih udah jadi kebiasaan, kadang tampil necis ala guru ke sekolah dan tiba di sana pegang sapu atau nyuci piring. Tak pernah bilang tidak jika disuruh, angkut meja, ngepel lantai, belanja keperluan sekolah, mencabut rumput, selalu berkata Iya. Sedikit kesal kalau ada tamu yang datang, otomatis persiapan menyambut tamu harus ekstra makanya bersih-bersihnya ekstra juga.

Dapat Makan Gratis


Ini jika ada acara yang diadakan sekolah, seperti kegiatan malam bina iman taqwa, ada tamu, menyediakan makanan biasanya gak pernah habis jadi guru PPL juga dapat jatah makanan. Kadang ada guru yang sedang dapat rezeki dan kami dibelikan makanan untuk cemilan, ada yang bawa buah dan lain-lain. Kalau di tempat ku PPL sering ada tamu dari sekolah lain, maklumlah bisa dibilang sekolah kami sekolah percontohan, jadi tiap ada tamu selalu ada rezeki buat kami dalam hal makanan. Pas perpisahan kami diundang kepsek ke kediamannya, alhamdulillah dapat makan gratis lagi.

Digodain


Kalau yang ini sudah pasti semua guru PPL pernah merasakannya, seperti yang dibilang sebelumnya, melihat paras yang muda dan terlihat sebaya membuat guru PPL menjadi teman baik mereka. Kadang malah sampai digodain apalagi yang cantik atau ganteng. Buk, mau nggak jadi pacar saya? Ibu mau nggak nunggu saya? Buk panggilnya kakak aja ya?

Disayang Siswa


Karena tingkat kesabaran tinggi yang dimiliki guru PPL tentu saja membuat siswa merasa dekat dan dilindungi dari guru-guru killer, tempat cerita, kawan dan kakak yang bisa diajak curhat. Tiap ketemu selalu salam cium tangan, gak cukup sekali berkali-kali dalam satu waktu, beda banget kalau di dalam kelas yang ributnya kayak pasar pagi. Belum lagi kalau sudah mau perpisahan pasti dibilangnya untuk ngajar selamanya di kelas mereka, tidak boleh pergi dan sedih-sedihan pas mau pisah. Kemudian jika sudah lama selesai dan tiba-tiba muncul karena ada urusan pasti langsung didatangin dan disalamin.


Itu beberapa suka duka menjadi guru PPL, tapi semua itu tentu saja memberikan pengalaman yang tidak bisa dinilai dengan uang, pengalaman nyata kala pertama kalinya mendapat murid pertama di dunia pendidikan yang sesungguhnya. Ada rasa senang, sedih, dan rindu ketika mengingatnya.

PPL 2017 MTs Muhammadiyah Squad
Agung Yusup
Satya Nugroho a.k.a Ujang
Sentika Frianti
Aminah
Endang Sulastri
Putri Febrina Wulansuci
Sutri Purwasih 
Isnayati 
Mujawaroh Annafi 
Wulan Handayani 
Novita

Previous Post
Next Post

0 komentar: