Thursday, February 14, 2019

Mengunjungi Malioboro, Salah Satu Ikonnya Yogyakarta


Katanya, kalau belum berfofo di bawah papan nama Malioboro, belum sah datang ke Yogyakarta. Hahaha ada-ada aja, padahal destinasi Yogyakarta kan tidak cuma Malioboro.

Baca juga: Wisata Candi Borobudur

Malioboro itu apaan sih? Nama daerah? Bukan. Nama wisata? Bisa jadi. Jadi apa? Jadi Malioboro itu adalah salah satu jalan yang ada di Yogyakarta. Kenapa begitu terkenal?

Sebelum berjalan-jalan di Malioboro, aku dan teman-temanku mengunjungi Borobudur dan Prambanan dari pagi hingga sore. Awalnya kami berniat menghabiskan satu hari untuk menjelajah Borobudur, Prambanan dan Pantai Parang Tritis. Tapi Tuhan berkata lain. Karena ada satu kejadian, kami hanya bisa mengunjungi Borobudur dan Prambanan.

Baca juga: Candi Prambanan: Menilik Kisah Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso

Hari sudah senja ketika mobil yang kami sewa menginjakkan rodanya di Malioboro. Seperti ada sebuah acara, jalanan macet. Kendaraan yang lalu lalang di jalan satu arah ini harus terus berjalan. Jika tidak maka akan diklakson dari belakang. Supir mencoba mencari tempat untuk parkir, tapi tak menemukannya.

Hari itu kami gagal berkunjung ke Malioboro. Dari dalam mobil,  aku melihat suasana menjelang maghrib sangat ramai kala itu. Muda-mudi bercengkrama dan aku melihat papan nama legendaris Malioboro. Oh, seperti ini to.

Dua temanku dari Aceh, langsung pulang menuju Semarang. Aku, Nurul dan Nia tinggal untuk dua hari lagi di Yogyakarta. Setelah mendapatkan penginapan, kami berencana menjelajah Malioboro.

Pukul delapan lewat, malam itu kami menuju Malioboro. Tidak seramai sore tadi, jalan-jalan nernuansa temaram. Banyak kursi di sepanjang trotoar Malioboro. Tak cukup kursi panjang, ada dudukan berbentuk bulat berwarna putih susu pucat yang bisa diduduki.

Kuliner Malioboro

Banyak kuliner malam di sepanjang Malioboro, tapi aku tak berani mencobanya. Kata Nurul harus berhati-hati. Jika tidak, alamat uang banyak melayang. Memang tidak semua makanan di Malioboro mahal, mungkin harus bertanya-tanya dulu sebelum membeli biar tidak merasa tertipu.

Pertunjukan Seni

Sebelum berkunjung aku menelusuru google, katanya ada banyak pertunjukan seni jalanan di Malioboro. Tapi mungkin aku datang di saat yang kurang tepat. Sebagai pejalan tak banyak uang, aku menelusuri jalanan Malioboro dengan kaki-kakiku yang tak kenal lelah ini. Tapi tak kutemukan musisi-musisi jalanan seperti yang dikatakan orang-orang.

Belanja Oleh-Oleh

Nah kalau yang ini, sangat banyak di sepanjang jalan Malioboro. Mulai dari pernak pernik seperti gelang, gantungan kunci, pakaian, hingga makanan. Tapi harus pandai-pandai menawar. Juga jangan terpaku hanya di satu tempat. Karena ada banyak pilihan, tak salah kan kalau mencari tempat lain dulu.

Papan Nama Malioboro

Papan nama legendaris ini tak pernah sepi. Banyak orang yang ingin berfoto bersamanya. Andai papan nama bisa bicara, mungkin ia akan mengatakan jika ia sudah lelah dengan pemotretan setiap hari yang tak kunjung henti.

Saking lejennya, aku pernah berfoto di background yang ada papan nama Malioboro di Museum Angkut. Ketika ku unggah di Instagram banyak yang mengira jika aku pergi ke Yogyakarta. Padahal kan aku cuma ke Malang kala itu.

Baca Juga: Ada Apa di Museum Angkut Malang

Setelah mendapatkan semua yang kami inginkan, akhirnya kami pulang menuju penginapan. Mendaki Borobudur, mengelilingi Prambanan, berjalan sepanjang Malioboro. Badan, terutama kakiku menuntut haknya. Berlayar ke Pulau Kapuk (tidur).
Previous Post
Next Post

0 komentar: