Thursday, June 13, 2019

Peringatan Waisak di Candi Muara Takus



Patung Buddha di depan Candi Muara Takus

Beberapa waktu yang lalu, Alhamdulillah aku diberi kesempatan untuk dapat meliput upacara keagamaan saat perayaan Waisak Nasional 25 Mei 2019/2563 Buddhis Era dan Festival Candi Muara Takus di XIII Koto Kampar yang berada di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Menuju Candi Muara Takus, aku dan rekan-rekan media berangkat dari Pekanbaru  dengan menggunakan minibus jam 12.00 WIB. Perjalanan memakan waktu lebih dari tiga jam. Apa lagi dalam keadaan puasa, rasanya mual sepanjang perjalanan.

Sesampai di sana, ratusan bahkan ribuan manusia dari penjuru Indonesia terlihat sedang asik berselfie ria di depan Candi Muara Takus. Kebanyakan orang Tionghoa memakai baju berwarna putih. Untungnya aku dikasih id card. Kau tau kawan, memakai jilbab di perayaan waisak bukannya terlihat aneh.

Acara dimulai seperti kebanyakan acara di Indonesia, di awali dengan sambutan-sambutan mulai dari pukul empat sore sampai berbuka puasa.


By the way, yang buka puasa tentu saja bukan umat Buddha nya ya kawan, menurutku sampai waktu maghrib tiba. Karena setelah itu peringatannya baru dimulai.

Buka bersama rekan media saat peringatan Waisak 2019 di Candi Muara Takus


Aku sempat berkeliling dulu di sekitar Candi Muara Takus. Terdapat patung berwarna emas Buddha Siddharta Gautama duduk bersila, di kelilingi dengan sesajen berupa makanan, buah-buahan juga lilin.

Puluhan lilin dengan bentuk teratai disiapkan  untuk upacara saat malam. Lilin dengan bentuk teratai berwarna pink tersebut akan dibawa oleh biksu atau bante. Sementara untuk umat Buddha selain biksu diberikan lilin listrik yang menyala ketika dicetekkan. Aku mendapatkan satu, lilinnya indah dan berkedip saat menyala.

Lilin untuk biksu/bante di Perayaan Waisak 2019 Candi Muara Takus Riau

Lilin listrik untu jemaat Buddha di Perayaan Waisak 2019 di Candi Muara Takus, Riau
Sekitar pukul 18.30 WIB kegiatan keagamaan ummat Buddha dimulai. Puluhan biksu menempati bantalan yang telah disediakan di depan Candi Muara Takus. Di belakang para Biksu tersebut terdapat Patung Seciamoni atau Pangeran Siddharta berwarna emas, dikelilingi sesajen berupa buah-buahan dan bunga-bunga berwarna-warni.

Di hadapan para biksu, para romo atau pandita yang mengenakan pakaian putih dengan selendang berwarna kuning keemasan duduk menghadap para biksu.

Setelah itu, dilakukan prosesi penyalaan lima lilin pancawarna dan dupa menggunakan api suci sari Wihara Hok Ann Kiong di Siak. Lilin tersebut terletak tepat di depan patung buddha. Dinyalakan oleh lima Biksu Sangha diiringi dengan lagu rohani.

Kemudian, Parade bendera dan pradaksina dipimpin oleh para biksu dan pandita, diikuti oleh umat Buddha yang hadir, kemudian mengelilingi Candi Muara Takus.

Peringatan Waisak 2019 di Candi Muara Takus Riau

Lalu disusul dengan persembahan air suci yang dikumpulkan dari enam daerah di Riau. Seperti Rengat, Rokan Hulu, Siak, dan empat di antaranya di ambil di sumber air dari daerah Kampar. Selain itu juga dipersembahkan buah-buahan, manisan dan dupa serta bunga-bunga yang diberikan kepada bante.


Setelah melakukan pembacaan do'a-doa, umat Buddha melakukan meditasi. Dilanjutkan dengan pesan Waisak. Gendang ditabuh kembali dan lonceng kembali berbunyi, mengalun lagu rohani dan umat Budda mengayunkan lampu lilin dengan khidmat.

Umat Buddha dengan lilinny saat perayaan Waisak 2019 di Candi Muara Takus, Riau

Biksu dan Pandita berkeliling membawa kendi berisinair suci yang dipercikkan menggunakan sapu lidi, ke umat buddha yang mengikuti prosesi sebelum akhirnya dilakukan pemberkahan dan penutupan.

Rangkaian acara terakhir adalah penerbangan 2.019 lampion yang merupakan bagian dari Festival Muara Takus. Waisak adalah hari  memperingati tiga peristiwa penting bagi umat Buddha, ketika Sidharta Gautama lahir, Sidharta mencapai penerangan sempurna di bawah Pohon Bodi dan ketika Sidharta wafat atau mencapai nirwana.

terbangkan lampion di peringatan Waisak 2019 di Candi Muara Takus Riau

Banyak banget kan jumlah lampionnya, hingga ribuan. Aku sempat menerbangkan tiga lampion. Malam itu langit Kampar dipenuhi lampion-lampion yang terbang membawa harapan.


Indonesia kaya akan budaya, mari kita jaga dan lestarikan. Biar berbeda tapi tetap satu sesuai dengan semangan kebhinekaan kita. Juga sesuai dengan tema Waisak tahun ini, mengembangkan cinta kasih, mawas diri dan toleransi di Indonesia.


Previous Post
Next Post

0 komentar: