Saturday, June 4, 2022

Review Film Indonesia: Ngeri-ngeri Sedap

Bene Dion dan Lolox saat Gala Premiere Ngeri-ngeri Sedap di Pekanbaru

Di tulisan kali ini, aku akan menuliskan review mengenai salah satu film Indonesia, yaitu film Ngeri-ngeri Sedap. Kita tahu, saat ini film Indonesia sudah bisa dikatakan sangat berbobot, apalagi film Indonesia yang diangkat ke layar lebar.

Banyak film Indonesia yang digarap oleh anak bangsa dari Pulau Jawa dengan nuansa kental Jakartasentris. Namun, hadirnya film Ngeri-ngeri Sedap menjadi kontribusi untuk film Indonesia yang mengusung salah satu budaya dan adat dari suku Batak yang berada di Pulau Sumatra, yaitu tepatnya di Sumatera Utara.

Alhamdulillah, kemarin, 1 Juni 2022 aku berkesempatan menonton pemutaran film dalam Gala Premiere dan bertemu langsung dengan Sutradara sekaligus penulis skenario film Ngeri-ngeri Sedap yaitu Bang Bene Dion Rajagukguk dan salah satu cast film Bang Lolox.

Bang Beni bercerita, jika pembuatan film Ngeri-ngeri sedap ini berawal dari cita-cita bersama dari sesama perantau dari Sumatra di Jakarta. Kesamaan latar belakang, baik suku, asal, dan lain-lainnya membuat Bang Bene berniat membuat film dengan setting di Sumatera Utara.

Selama ini banyak film-film di Indonesia yang didominasi oleh karya-karya dari anak bangsa kelahiran Pulau Jawa. Sedangkan, Indonesia sangat luas, terbentang dari Sabang sampai Merauke dengan beragam budaya dan adat-istiadak yang berbeda-beda.

Hal ini juga menjadi alasan Bang Bene untuk mengangkat budaya dari Sumatera Utara khususnya masyarakat suku Batak. Kisah yang diangkat juga sangat relate dengan kehidupan sehari-hari, sehingga bagi masyarakat di Pulau Sumatra, cerita yang dihadirkan terasa sangat dekat dan familiar.

Bahkan, Bang Lolox sendiri bercerita ia sangat menikmati peran yang dimainkannya. Menurutnya, kisah dalam film ini sangat mirip dengan kisahnya di dunia nyata, di mana keluarga tak menyetujui Bang Lolox untuk terjun di dunia entertainment.

Review Film Ngeri-ngeri Sedap

Gala Premiere film Ngeri-ngeri Sedap di Pekanbari

Film Ngeri-ngeri Sedap bercerita tentang sebuah keluarga, tentang orang tua dan anak-anaknya. Sang ayah Pak Domu (Arswendy Bening Swara) dan Mak Domu (Tika Panggabean) yang tinggal bersama anak keduanya yaitu Sarma (Gita Bhebhita). Pak Domu sangat ingin, tiga anaknya yaitu Domu (Boris Bokir), Gabe (Lolox), dan Sahat (Indra Jegel) yang sudah lama merantau pulang dan menghadiri acara adat.

Namun, ketiga anaknya menolak untuk pulang karena hubungan tidak harmonis  dengan Pak Domu. Pak Domu dan Mak Domu akhirnya berpura-pura bertengkar dan ingin bercerai demi mendapatkan perhatian dari anak-anaknya.

Selain itu, setiap putra-putri Pak Domu memiliki permasalahan masing-masing dan bertentangan dengan keinginan Pak Domu, mulai dari pekerjaan, jodoh, hingga warisan.

Kisah dalam film ini mengangkat kebiasaan masyarakat Batak, tentang adat-istiadat, dan komunikasi antara orang tua dan anak.

Seperti yang terjadi bagi sebagian besar keluarga di Indonesia, kemauan orang tua sangat keras dan anak-anak merasa memiliki hak untuk memilih jalan hidup. Komunikasi antar orang tua dan anak seringkali hanya berjalan satu arah, yang satu ingin didengarkan namun tak ingin mendengarkan.

Film perdana dari rumah produksi Imajinari yang bekerja sama dengan Visionari Film Fund ini dibungkus dengan komedi sehingga penonton akan tertawa terbahak-bahak saat menyaksikan film. Namun sutradara juga pandai membawa emosi penonton, dari tertawa lepas bercampur haru, serta sedih yang meyayat hati.

Komedi-komedi yang dihadirkan juga tidak terkesan dipaksakan. Bahkan saat menonton, orang di sampingku, tertawa sambil memukul-mukul temannya, lalu saat scene berganti, dan masuk dalam konflik, terisak-isak dia menonton.

Kata salah satu temanku yang orang Batak usai menonton mengatakan jika, memang karakter orang tua yang divisualkan dalam film ini sangat tepat, tidak jauh berbeda, dan begitu adanya. Yah, mungkin dia mengalami hal serupa seperti cerita dalam film. Temanku ini bilang, jika dia tak akan menyesal jika menonton dua kali.

Aku yang bukan orang Batak juga nggak kalah ngakak saat menonton film ini. Jadi lebih tahu budaya, adat-istiadat, dan kebiasaan suku Batak, serta pemandangan alam yang luar biasa. Aku juga menambahkan catatan, nanti bakal ke sana untuk melihat langsung Danau Toba.

Para pemeran juga totalitas dalam memainkan perannya masing-masing. Logat yang sangat kental, dan beberapa percakapan menggunakan bahasa Batak, tentu saja ada terjemahannya dong. Selain itu, Budaya-budaya juga diperkenalkan, yang secara tidak langsung turut berkontribusi dalam mengenalkan kebudayaan Batak. 

Belum lagi setting lokasi yang memanjakan mata berupa hamparan Danau Toba yang memukau. 

Film ini sangat aku rekomendasikan untuk ditonton, apalagi jika Kamu orang Sumatra. Ending cerita ini juga tidak menggantung dan dapat diterima oleh siapa saja. Buat yang slack sama orang tua, coba deh tonton sesekali bersama keluarga. Aku juga yakin, masalah yang dihadapi oleh keluarga Pak Domu juga banyak dialami oleh keluarga lain bahkan keluarga yang bukan dari suku Batak.

Dari film ini juga dapat menjadi pelajaran pentingnya komunikasi orang tua dengan anak, agar saat anak-anak dewasa hubungan tetap erat dan bisa saling memahami, demi terwujudnya kebahagiaan. Bahagia yang bahagiamu adalah bahagiaku.

Selamat menonton.

Foto bareng Bang Bene dan Bang Lolox


Previous Post
Next Post

4 comments: