Saturday, July 16, 2022

Wisata Bukittinggi: Berkuda di Pacuan Kuda Bukit Ambacang

 

Lintasan Pacuan Kuda Bukit Ambacang

Di tulisan kali ini, aku akan membahas salah satu wisata di Bukittinggi yaitu pacuan kuda. Bagi pencinta olahraga sunnah ini tak ada salahnya untuk menjajal berkuda di lintasan Pacuan Kuda Bukit Ambacang Kota Bukittinggi.

Katanya, pacuan kuda ini meruapakan lokasi pacuan kuda tertua di Indonesia. Olahraga pacu kuda sudah menjadi kegiatan umum yang dilakukan masyarakat Bukittinggi jauh sebelum Indonesia merdeka.

Salah satu peninggalannya adalah Klub Pacu Kuda Bukittinggi yang sudah ada sejak Tahun 1889. Tulisannya termuat di sebuah tugu di dalam arena: Herdenking Van Het Veertig Jariigbestan der Fort de Koksche Wedloop Societeit 1889-1929 (Peringatan 40 tahun berdirinya klub pacu kuda Bukittinggi).

Awalnya aku tak berniat untuk berkuda, pasalnya aku juga tidak pandai berkuda, dan terakhir kali bersosialisasi dengan kuda sudah cukup lama, itu pun hanya berfoto saja.

Namun, temanku Laras sudah mengincar Pacuan Kuda Bukit Ambacang Kota Bukittinggi dan masuk dalam list yang sudah ia buat. Karena tak mau rugi dan ingin menjajal pengalaman baru, aku pun ikut serta menunggangi kuda.

Beberapa kali aku lewat di Pacuan Kuda Bukit Ambacang, aku melihat orang-orang lebih suka waktu sore dibandingkan lainnya. Beberapa kali pengguna mobil atau sepeda motor memarkirkan tepat di tepi jalan raya. Kemudian penunggang kuda akan menghampiri dan menanyakan, apakah ingin berkuda atau tidak.

Pacuan Kuda Bukit Ambacang Kota Bukittinggi ini berada di Jalan Bukitambacang, Gadut, Tilatang Kamang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat.

Saat aku ke sana, sekitar pukul 10.30 WIB, sehari setelah Iduladha 2022 tepatnya hari Ahad (masyarakat Bukittinggi kebanyakan salat Iduladha hari Sabtu). Saat itu cukup lengang, hanya ada beberapa kuda yang beroperasi.

Aku dan Laras menunggu dua ekor kuda yang sedang membawa pengunjung lainnya. Untuk biaya berkuda yaitu Rp50 ribu untuk satu kali putaran di lintasan yang menurutku sangat luas. Dari lintasan ini kita bisa menikmati pemandangan Gunung Singgalang selagi berkuda. Kita juga diizinkan untuk membawa kuda sendiri jika ingin dan bisa.

Bagi yang tidak bisa berkuda sepertiku juga jangan khawatir, pasalnya pemandu siap mengajak berkeliling untuk berkuda. Aku juga diajarkan cara berkuda saat dibawa berkeliling oleh pemandu.

Pertama, genggam tali kekang kuda kuat-kuat, jika ingin mengarahkan kuda ke kiri, cukup tarik kekang ke kiri, pun sebaliknya. Jika ingin kuda berjalan lebih cepat agak pukulkan tali kekang bagian belang ke leher kuda. Tapi aku tidak berani mengajak kuda berlari, biarlah berjalan dengan santai sambil menikmati pemandangan.

Di sepanjang jalan aku berbincang-bincang dengan pemandu. Ternyata kuda yang kutunggangi bernama Syakira, ia sudah beberapa kali memenangkan berbagai pertandingan pacu kuda. Kata bapak pemandu, Syakira adalah kuda yang selain gagah juga bisa membuat penunggang nyaman berada di atas badannya.

Berfoto adalah salah satu cara mengikat kenangan, agar kenangan saat berkuda tak hilang, bapak pemandu juga siap mengambilkan foto maupun video saat kita berkuda. Hasil jepretannya juga sangat ciamik.

Berkuda di Lintasan Pacuan Kuda Bukit Ambacang

Jujur, setelah menunggangi kuda dan berkeliling aku teringat tokoh Jimbron dalam novel Andrea Hirata yang berjudul Sang Pemimpi. Tak salah ia sangat menyukai kuda. Menungangginya membuatku merasa keren dan siap bertempur, yah meskipun hanya bisa jalan santai aja sih.

Setelah ini, mungkin berkuda bakal jadi list ku untuk perjalanan-perjalanan selanjutnya. Bagaimana? minat untuk berkuda, di Kota Pekanbaru juga ada loh wisata berkuda. Kapan-kapan, kita bahas lintasan pacuan kuda yang ada di Pekanbaru.










l








Previous Post
Next Post

0 komentar: