Wednesday, November 30, 2022

Melihat-lihat Pameran Temporer Keraton Jogja: Sumakala Dasawarsa Temaram Yogyakarta

Pameran Temporer Keraton Yogyakarta

Masih dalam edisi jalan-jalan di Yogyakarta. Tidak tahu arah ke mana harus menuju, aku dan Diah akhirnya menginjakkan kaki di Keraton Yogyakarta, membeli tiket seharga Rp15 ribu. Kami mendapatkan sebuah gelang kertas (seperti gelang konser) dan tiket masuk pameran temporer Keraton Yogyakarta.

Ternyata, pada saat kami datang ke sana, sedang diadakan pameran temporer bertajuk Sumakala Dasawarsa Temaram Yogyakarta. Dari penjelasan guide, kami mendapatkan info, pameran seperti ini diadakan selama tiga bulan dalam satu tahun dengan tema yang berbeda-beda setiap tahunnya.

Pameran ini berlangsung sejak 29 Oktober 2022 hingga 29 Januari 2023, bercerita tentang masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono III dan Sri Sultan Hamengku Buwono IV. Pameran ini digelar di Kompleks Bangsal Pagelaran Keraton Yogyakarta.

Sumakala, berasal dari kata suma dan kala. Suma berarti layu, prihatin, guram, sedangkan kala berarti waktu, tahun, periode. Sumakala bermakna periode yang guram.

Sumakala adalah cerminan utuh dari masa krisis gempuran Raffles. Yogyakarta pada masa tersebut, tak hanya mengalami tekanan politik tetapi juga ekonomi.

Pameran ini bernuansa hitam, mulai dari masuk hingga keluar. Lampu berwarna putih menjadi sumber cahaya dalam pameran ini, menambah suasana temaram dan merasakan kembali guramnya tahun-tahun tersebut. hal ini mungkin menyesuaikan dengan tema yang diambil yaitu Sumakala. Pengunjung akan diajak flashback ke tahun 1796 hingga 1823.

Ringkasan Pameran Sumakala Dasawarsa Temaram Yogyakarta

Pada tahun 1976 Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Kedhaton melahirkan Raden Mas Surojo pada tanggal 20 Februari, yang nantinya akan menggantikan ayahnya sebagai Sultan Hamengku Buwono III.

Tahun 1804, GKR Kencono melahirkan Gusti Raden Mas Ibnu Djarot (putra dari Putra Mahkota Raden Mas Surojo) pada tanggal 3 April. Kelak, ia menggantikan ayahnya dan menjadi Sultan Hamengku Buwono IV.

Tahun 1810, Gusti Raden Mas Surojo diangkat sebagai 'regent' wakil raja oleh HW Deandels dalam pemerintahan di Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1811, ia dikembalikan menjadi putra mahkota pada saat pemerintahan Kolonial Belanda berganti oleh pemerintahan Inggris.

Tahun 1812 terjadi peristiwa geger sepehi, yaitu penyerbuan Keraton Yogyakarta yang dilakukan oleh Inggris untuk menggulingkan Sultan Hamengku Buwono II karena menolak kerja sama. Pasca peristiwa ini, Gusti Raden Mas Surojo naik takhta dan dinobatkan sebagai Sultan Hamengku Buwono IV. Kemudian Gusti Raden Mas Ibnu Djarot diangkat sebagai putra mahkota.

Namun, pada tahun 1814, Sultan Hamengku Buwono III wafat karena sakit, sehingga Gusti Raden Mas Ibnu Djarot yang pada saat itu masih berusia 10 tahun naik takhta menggantikan ayahnya dan menjadi Sultan Hamengku Buwono IV.

Tahun 1815 Sultan Hamengku Buwono IV dikhitan. Selanjutnya ia menikah pada tahun 1816. Pada tahun yang sama, pemerintahan inggris kembali digantikan oleh pemerintahan Belanda, dimana tidak ada perubahan kebijakan semasa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IV.

Tahun 1820, saat Sultan Hamengku Buwono IV berusia 15 tahun ia mulai menjalankan pemerintahannya sendiri. Namun sayang, beliau wafat pada tiga tahun setelahnya yaitu pada tahun 1923 ketika ia berusia 19 tahun dengan sebab yang dipertanyakan, terlebih ia meninggal saat sedang bertamasya.

Itulah ringkasan pameran temporer Keraton Yogyakarta terkait Sumakala Dasawarsa Temaram Yogyakarta. Sedih sekali ya kisah-kisah para sultan tersebut.

O ya, dalam pameran ini dipeihatkan berbagai koleksi dari keraton mulai dari lukisan-lukisan ilustrasi tentang kenaikan takhta sultan, pakaian, busana permaisuri, busana penari bedhaya durma kina, arsip-arsip, hingga kereta-kereta kebesaran yang dipakai oleh para sultan tersebut, dan lain-lain.

Ilustrasi kenaikan takhta Sultan Hamengku Buwono IV

Busana penari bedhaya durma kina

Busana permaisuri sultan

Beberapa benda peninggalan seperti arsip dan benda-benda yang dipajang di dalam kaca dilarang untuk difoto untuk menjaga keasliannya.

Itulah sedikit cerita perjalanan kilas balik masa pemerintahan Keraton Yogyakarta pada tahun 1796 hingga 1823, yang dirangkum dalam pameran Sumakala Dasawarsa Temaram Yogyakarta.







Previous Post
Next Post

0 komentar: