Tuesday, April 11, 2023

Pulang Kampung: Nikmati Pesona Keindahan Gunung Lawu Sepanjang Perjalanan

 

Tawangmangu, Jawa Tengah

Di tulisan kali ini aku ingin membahas tentang pesona keindahan Gunung Lawu yang berlokasi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur. Kebetulan beberapa waktu lalu, aku berkesempatan untuk pulang kampung dari Surakarta atau Kota Solo ke Jawa Timur.

Aku menuliskan ini karena begitu takjub melihat surga yang dihamparkan Tuhan di tanah Jawa ini.

Aku sudah beberapa kali pulang  ke Jawa Timur, baik ke ke kampung halaman bapakku di Ngawi, atau ke Ponorogo tempat bu lekku tinggal.

Pertama  Kali

Pertama kalinya, aku melintasi jalur yang melewati daerah Sarangan, lalu Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar hingga akhirnya sampai di Solo bersama kakakku, tentu saja mengendarai sepeda motor.

Memang ada jalur lain yang tidak melintasi gunung, tapi katanya jalur gunung lebih dekat dan lebih indah sehingga saat melintas bisa sambil menikmati pesona keindahan Gunung Lawu sepanjang perjalanan.

Kendati demikian,  saat pertama kali aku berangkat dari Ngawi, Jawa Timur sudah cukup sore yaitu sekitar pukul 17.00 WIB. Sehingga ketika sampai ke Sarangan, halimun telah turun.

Hujan gerimis dan angin dingin menerpa kami, untung saja kami mengenakan jas hujan sehingga sedikit banyak dapat membantu badan terasa hangat.

Menurutku, di lereng Gunung Lawu, lokasi terdingin yaitu di ketinggian 1.800-an mdpl yaitu di Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang, brrrrr, dinginnya luar biasa.

Menyesal kami menghiraukan saran agar tidak berangkat terlalu sore, karena kabut tebal di area pegunungan benar-benar menghalangi jarak  pandang kami.

Tidak ada yang bisa dinikmati  selain pemandangan suram halimun Gunung Lawu. Namun, saat turun dari Cemoro Kandang, lega kelegaan hangat mulai menjalari. Gerimis mulai berhenti, dan matahari terbenam terlihat memamerkan keindahannya, sebelum akhirnya tenggelam meninggalkan kegelapan.

Hitam dan gelap, hanya lampu sepeda motor yang memberikan energi positif di perjalanan kami menuju Surakarta  kala itu. Besok-besok,  aku tidak  akan lewat gunung jika lebih dari jam 3 sore.

Kedua Kali

Belajar dari pengalaman, aku menghindari kabut Gunung Lawu. Dari arah Solo aku  mengegas sepeda motorku sekitar pukul 14.00 WIB lewat setengah jam.

Tak  ketinggalan kubawa mantel Indomaret Rp10 ribuan, berjaga-jaga jika hujan nanti akan turun. Aku sudah  melihat prediksi cuaca hari itu dan tidak akan turun hujan.

Namun, baru sampai di Karanganyar,  cuaca menjadi mendung. Aku sedikit khawatir jika akan turun hujan lebat. Tentu saja aku berusaha untuk  positive thinking.

Meskipun aku sudah pernah melewati jalur yang sama menuju Ngawi melintasi Tawangmangu, tetap saja aku tidak ingat. Maps menjadi penunjuk jalan yang baik walaupun suka memberikan jalan yang sepi dan menanjak curam, serta suram.

Sedikit aku menyesal menggunakan Maps. Kuberitahu Kawan, lebih baik  mengandalkan plang saja saat melintasi Tawangmangu, jika tidak kita akan ditunjukkan  jalan-jalan kecil yang sepi dan seram.

Alhamdulillah, sore itu cuaca sangat cerah. Aku bisa melihat pemandangan pegunungan,  kebun-kebun stroberi, hingga rumah-rumah warga dari ketinggian.

Aku berdecak kagum, masyaallah. Pemandangan ini sedikit mengingatkanku dengan  pemandangan yang pernah kulihat di Kelok Sembilan, Sumatera Barat. Tak sama, tapi membawa nostalgia yang tersisa.

Tepat di Cemoro Kandang, aku memarkirkan sepeda motorku di depan kedai, untuk menyeruput secangkir susu cokelat hangat, dan menyantap sepiring sate ayam.

Baca Juga: Ngopi di Cemoro Kandang

Aku menghabiskan beberapa hari di awal Ramadan di Kendal, Ngawi, Jawa Timur. Pulang kembali ke Solo, tentu aku lebih memilih lewat gunung lagi. Cuaca panas menjadi alasan yang kuat.

Berangkat dari Jawa Timur pukul 14.00 WIB aku berhasil menghindari kabut di daerah sekitar Sarangan. Namun, meleset. Kabut pekat muncul saat aku turun dari Tawangmangu. Aku hanya bisa pasrah, mengegas sepeda motor pelan-pelan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

Alhamdulillah aku bisa sampai ke Solo dengan selamat.

Ketiga Kalinya

Tidak kapok, aku terus belajar agar tak mengulang kesalahan yang sama. Oleh karena itu, aku menghindari waktu berangkat setelah zuhur, dan memilih berangkat pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB dari Kota Solo,

Pilihan  ini benar-benar pilihan yang sangat tepat. Cuaca cerah sepanjang pagi. Kabut tidak muncul, apa yang sebelumnya tersembunyi di balik kabut kini menampakkan wujudnya.

Hal tersebut semakin membuatku berdecak kagum. Jalanan yang berkelok, dan arah di depanku adalah gunung yang gagah dan indah, tanpa begitu banyak awan yang menghalangi.

Tawangmangu, Jawa Tengah saat cerah

Aku yang norak dan jarang melihat pemandangan tersebut pun berkali-kali berhenti untuk sedadar mengambil gambar dengan gawaiku. Sulit untuk dilukiskan  dengan kata, hanya gambar yang bisa menunjukkan cerita.

O ya, tujuanku kali ini adalah Ponorogo, aku merasa sudah hafal dengan jalan dan berencana menggunakan Maps, ketika  nanti sudah turun dari daerah Sarangan.

Si bodoh ini malah keasikan menikmati pemandangan. Turun dari Sarangan bukannya segera menyalakan Maps, malah berleha-leha sambil berkata dalam hati “Ah nanti saja, lihat palang juga pasti sampai”.

Alhasil aku mengambil jalur yang kurang tepat, dimana seharusnya dari Sarangan aku bisa sampai sekitar 40 menit, menjadi 1,5 jam karena terlalu jemawa.

Balik dari Ponorogo ke Surakarta aku melalui jalan yang seharusnya. Jalanan memang tak selebar jalan yang ku tempuh saat dari Surakarta. Tapi pemandangannya amat, sangat, luar biasa.

Ponorogo-Sarangan

Terutama di daerah Poncol, Magetan. Di kanan jalan terdapat sawah-sawah dengan background Gunung Lawu. Di sebelah kiri perbukitan yang mirip dengan dengan pegunungan Bukit Barisan yang ada  di Sumatra.

Poncol, Magetan, Jawa Timur

Aku sangat  khawatir tidak bisa fokus pada jalan karena mata jelalatan melihat ke  kanan dan ke kiri saking indahnya.

Gunung Lawu, Poncol, Magetan, Jawa Timur

Tak lupa aku sesekali mengambil gambar untuk kupamerkan ke teman-temanku.

Telaga Wahyu, Sarangan, Jawa Timur

Maafkan aku yang norak ini.

 



Previous Post
Next Post

0 komentar: