Monday, December 12, 2022

Kirab Pesta Pernikahan Kaesang-Erina: Sedikit Cerita dari Rakyat Biasa

 

Kirab pada pesta pernikahan Kaesang dan Erina

Masih hangat banget pesta pernikahan putra dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, siapa lagi kalau bukan Kaesang Pangarep yang menikah dengan Erina Gudono.

Sebagai warga Indonesia dan hanya rakyat biasa tentu momen pernikahan tersebut merupakan kabar bahagia. Mumpung lagi ada di Kota Solo, aku dan teman-temanku tidak melewatkan kesempatan untuk melihat langsung kirab (arak-arakan) pada pesta pernikahan Kaesang-Erina.

Sebenarnya aku sangat penasaran, seperti apa sih pesta-pesta pernikahan para pemimpin daerah, tentu saja berbeda dengan pesta yang dilakukan oleh orang kebanyakan alias rakyat biasa. Saat pesta di Solo, sebelum hari H, santer berita jika Pak Jokowi bakalan berbagi makanan gratis untuk masyarakat sebanyak 16 ribu porsi dari berbagai brand makanan terkenal.

Ini bukan alasan utama aku nekat menembus keramaian, tapi ini juga memberikan motivasi bagiku untuk menyaksikan secara langsung kebahagiaan keluarga orang nomor 1 di Indonesia ini.

Aku, Hebby, Diah, Cima, Mba Miswon, dan Mba Fita sengaja bersiap-siap pagi-pagi sekali. Awalnya kami berencana untuk berangkat pukul 6 pagi dengan menggunakan jasa ojek online. Tapi entah karena hari libur, atau karena ada pestanya Kaesang, tidak ada satu pun yang menerima pesanan kami. Mulai dari Maxim, Grabcar, Go Car, tidak ada satu pun kami dapatkan.

Akhirnya kami memutuskan untuk berangkat ke lokasi dengan Batik Solo Trans (BST) setelah sampai pukul 7 belum bisa mendapatkan ojol. Kami naik dari depan Kantor Camat Jebres dan turun di Balai Kota Solo tak jauh dari Pura Mangkuneran.

Ada dua lokasi pembagian makanan gratis pada pesta pernikahan Kaesang dan Erina ini, yaitu di Taman Sriwedari dan di Ngarsopuro. Kami memilih di Ngarsopuro. Jalan Slamet Riyadi merupakan lokasi Car Free Day (CFD) Kota Solo. Baik Taman Sriwedari dan Ngarsopuro masih berada di sekitar area CFD.

Jangankan saat pesta pernikahan Kaesang-Erina, hari Ahad biasa saja jalanan ramai. Benar saja, saat kami sampai, tak jauh dari Ngarsopuro lautan manusia di mana-mana, sedikit sulit untuk bergerak. Kami pun menjaga sebisa mungkin agar tas dalam kondisi aman dan meminimalisir kehilangan.

Berada di depan gerbang yang sudah dihias dengan janur kuning dan dihiasi hiasan wayang, tengah jalan sudah ditutup karena jalanan itu nantinya akan dilewati kereta kencana kirab Kaesang-Erina. Namun, di sisi kiri dan kanan jalan sudah dipenuhi dengan masyarakat yang ingin melihat langsung arak-arakan serta sosok dari pemimpin negara.

Karena tidak bisa bergerak, kami pun melipir ke tepi menyusuri trotoar yang tak lagi sepi. Sedikit sulit, tapi masih bisa dilewati. Sepanjang tepi jalan di Ngarsopuro sudah dipenuhi masyarakat. Aku melihat tenda-tenda makanan gratis berada di seberang jalan. Tentu kami tidak bisa menyeberang jalan sembarangan, karena abdi negara berbaju batik siap siaga menghalau warga agar tidak melewati tengah jalan. Memang runyam Kawan.

Setelah menyurvei lokasi-lokasi untuk melihat kirab pernikahan Kaesang-Erina, aku mendapatkan lokasi strategis, yaitu di dekat ibu-ibu yang semuanya duduk. Aku merasa tempat ini cukup bagus untuk bisa melihat kirab dari dekat dan sangat bersahabat untuk aku yang tidak tinggi.

Mbak Miswon dan Mba Fita memutuskan untuk pulang duluan karena pusing melihat keramaian. Hebby dan Diah duduk di emperan Pasar Antik karena kecapekan. Sementara Cima, tak tahu dimana dia berada.

Aku duduk manis dan rapi menunggu iring-iringan kirab melewati tempatku duduk. Ibu-ibu di sampingku terus mengoceh agar siapapun yang berada di depan untuk tidak berdiri agar orang-orang yang berada di belakang bisa sama-sama menyaksikan.

Setelah menunggu sekian lama, alunan gamelan berbunyi semakin kencang pertanda kirab Kaesang-Erina akan segera melewati tempatku duduk menunggu. Orang-orang yang tadinya duduk rapi, langsung berdiri disusul omelan ibu-ibu. Semua orang berdiri, ibu-ibu yang mengomel tadi juga berdiri, karena tidak mau kalah, aku juga ikutan berdiri, mencoba merangsek ke depan untuk mendapat pandangan yang lebih jelas.

Campur sari pada kirab pernikahan Kaesang dan Erina

Kirab Kaesang-Erina diawali dengan wanita dan pria yang berdandan dengan pakaian adat jawa. Para wanita berdandan seperti prajurit membawa tongkat panjang menyerupai busur mengayunkan ke kiri dan ke kanan seperti danton marching band. Kemudian para pria yang juga seperti prajurit kerajaan berjalan membawa tameng.

Disusul dengan kuda-kuda dokar yang membawa juru kamera, lalu tokoh wayang yang berjalan kaki memimpin putra-putri Solo. Lalu kuda-kuda yang berjalan dengan anggun menarik kereta kencana yang ditunggangi kusir bersama dengan pengantin Kaesang-Erina.

Kaesang dan Erina terlihat sangat gagah dan cantik mengenakan pakaian adat Solo. Panasnya matahari pasti sangat menusuk kulit Kaesang karena pakaian yang dikenakan mengharuskan untuk bertelanjang dada. Ia mengayunkan tangan berdada-dada dan menyapa masyarakat Solo yang menyambut kirabnya.

Kereta kencana setelahnya dinaiki oleh saudara-saudara mempelai, seperti Gibran Rakabuming dan istri, kemudian kereta kencana selanjutnya diisi oleh Kahiyang Ayu beserta suami dan anaknya, lalu disusul kereta-kereta kencana lain, hingga terakhir kereta kencana yang membawa Bapak Presiden Joko Widodo.

Pak Jokowi menyapa masyarakat pada kira pernikahan putranya

Sorak-sorak meriah saat Jokowi lewat. Ia berdiri sambil tersenyum dan melambai-lambaikan tangannya kepada masyarakat. Ibu-ibu di sebelahku kembali histeris dengan berteriak mengucapkan nama Jokowi. Tak lupa ia bersyukur bisa melihat langsung Bapak Presiden.

Setelah arak-arakan atau kirab berlalu, masyarakat yang tadinya adem ayem mendadak berubah brutal dengan menyerbu stan-stan makanan gratis. Aku yang sudah mengincar kebab sejak awal kesulitan mencari cara untuk bisa sampai di depan stan.

Berebut mendapatkan makanan gratis

Sempat berpikir apakah aku bisa melewati lautan manusia yang berebut makanan gratis, atau memutuskan untuk mundur saja. Akhirnya, aku pun mengambil keputusan untuk mencoba maju. Kumasukkan gawai ke dalam tas kecil, memastikan aman dari jangkauan pencopet dan maju.

Aku tidak tahu berada di antrean stan apa. Tahu-tahu sudah berada di depan stan yang sangat sesak. Para manusia berdesak-desakan berebut makanan, dan aku satu di antaranya. Sangat sulit dan membuatku sesak nafas. Lebih menyebalkan lagi, saat tiba persis di depan stand, makanan sudah habis tak bersisa.

Tak menyerah, aku melirik stand di sebelah kiri, masih banyak dan belum dibagikan karena nasinya belum matang. Masih ada kesempatan pikirku. Aku pun melipir ke kiri, dan kembali berdesak-desakan, untung saja aku sudah belajar menjaga diri di dalam kerumunan agar tidak pingsan.

Orang yang sudah dapat kesulitan keluar, yang belum dapat merangsek ke depan. Dorong-mendorong pun terjadi. Seorang pria paruh baya dengan seenak jidatnya mendorongku ke depan saat seseorang dari depan mencoba keluar. Aku terhimpit Kawan. Bapak itu seenaknya mengatakan jika tidak apa-apa mendorong karena semuanya juga mendorong.

Mendengarnya, sontak aku langsung membentak bapak-bapak tersebut. Setelah sekian lama berhimpitan entah laki-laki atau perempuan yang di samping kiri kanan depan belakang, aku merasa sangat sesak, pusing, dan aku memutuskan untuk mundur. Yaa, setelah usahaku yang dibanjiri keringat, akhirnya aku tidak mendapatkan apa pun selain hikmah.

"Mending beli," kataku dalam hati setelah berhasil ke luar dari kerumunan.

Kami pun kembali berkumpul dan memutuskan untuk pulang. Pesan ojol tidak ada yang menerima, naik BST semua yang lewat selalu penuh. Akhirnya kami mengisi perut yang sudah keroncongan di kedai tak jauh dari Ngarsopuro sembari menunggu bus tak lagi penuh.

Kami pulang dengan selamat tanpa kurang satu apapun. Alhamdulillah.

Itu dia sedikit cerita dari sisi rakyat biasa yang ikut memeriahkan pesta pernikahan Kaesang-Erina 2022. Cukup seru dan melelahkan.




Previous Post
Next Post

0 komentar: